Welcome to MAGUS World !!!

Aku yang melihat Falken berbicara seperti itu jadi merasa simpati pada Ray... akupun segera turun dari punggung Shirou dan berjalan ke arahnya

"Jadi kau merasa lemah ya?" tanyaku
"Apa kau... butuh teman yang bisa membantumu?" tanyaku lagi
"Aku tahu teman yang dimaksud Anna adalah kau, dan tentunya kau tahu kalau tamanku itu dipenuhi dengan 'teman' yang bisa kauandalkan kan?"
"Apa kau... ingin coba menjadi seorang SPVMaster?" tawarku

@Dojo

"Tidak, Klaus......Ini semua bukan salahmu....." Tegas Defner
"Firenze tiba2 ingin menyerangmu, sudah tugasku melindungimu"
"Aku.....aku hanya ingin melindungi orang yg penting dalam hidupku" tambahnya
"Karena, kamu adalah orang pertama yg mengakui keberadaanku dan mengerti diriku" tegasnya

"Oleh karena itu guru besar, hukumlah aku. Apa saja, yg penting jangan libatkan Klaus"
"Ini semua adalah ulahku yg semena-mena........."
"Oleh karena itu, aku siap menerima hukuman apa saja yg diberikan guru besar dan kolonel" serunya sambil berlutut

kembali ke jalanan Kiseki, tempat Ray...

Nite menawarkan Ray untuk menjadi SPVMaster lalu Ray pun menjawabnya...
"terimakasih atas tawaranmu..... Nite kalau aku tidak salah....."
"tetapi aku menolaknya.. maaf bila kau merasa aku kasar... karena....."

Hujan bertambah deras, sebelum Ray melanjutkan pembicaraan tiba2 Unnatural
bermunculan disekitar mereka (Ray dan Nite).

Ray diam sesaat lalu bertanya kepada Nite.
"Unnatural tingkat rendah seperti ini... apa kau masih ingin menyuruh para SPV itu yang bergerak?"
"apa kau tak percaya dengan kemampuanmu sendiri?"

Ray mengeluarkan Fenrir lalu menghabisi para Unnatural itu...

"Hmph... untuk saat ini sih tak perlu sampai mengeluarkan SPV segala..." kataku menarik Euphoria
"Untuk apa aku mengambil resiko untuk melukai 'teman' kalau aku bisa menanggung penderitaan itu sendiri?" kataku lagi

Aku pun mengubah Euphoria ke [Cannon Mode]

"Waktu melawan Dieter aku tak bisa menunjukkan kekuatan penuhnya..." kataku menggenggam gagang Euphoria
"Tapi... kalau kau mau lihat sebaiknya kau minggir!" usirku sambil melompat, setelah tahu Ray menghindar, aku pun langsung mengalahkan Euphoria ke bawah
"Fear of Darkness... Fear of the Almighty... Drive my enemies into a total chaos! Felgrand Blaster!" kataku membaca mantra yang dapat memaksimalkan output R.A.D. yang terpasang di Euphoria, dalam sekejap tembakan energi dari Cannon dengan laras berdiameter 88 mm itu menghujani para Unnatural itu dan menghabisi mereka dalam sekejap...

Merasa sudah menang memang aku memberikan tanda Peace pada Ray, namun saat kusadari, seekor Unnatural berbentuk menyerangku, saat itu juga Cretia keluar dan melindungiku
"Walau begitu... sudah menjadi tugas SPV dari seorang Grand Dice Master untuk melindungi tuannya" katanya sambil dengan mudah menangkis serangan naga itu
"Seorang SPVMaster memiliki kekuatan yang besar, dan SPV memiliki kekuatan yang sama besar..." kata Cretia sambil menjentikkan jarinya, pada saat yang sama, Unnatural itu tumbang seketika
"Seorang SPVMaster biasa mungkin akan terlalu bergantung pada SPVnya, namun seorang Grand Dice Master tidak akan... karena SPV lah yang ingin melindungi mereka, bukan mereka yang ingin dilindungi..." kata Cretia sambil menyembuhkan luka-lukaku
"Ray... bukankah kau sendiri juga melihat bahwa Nite tidak pernah memanggil Shirou, aku, maupun Hortz untuk bertarung?" kata Cretia

Ray hanya melihat aksi Nite dengan tenang.

Setelah pertarungan selesai dengan sangat singkat Ray menyimpan Fenrir
dan mendengar kata-kata dari Cretia.
"Aku mengakuinya...... Nite memang kuat...."
"pandanganku terhadapmu berubah... Nite...."
"tetapi kau sendiri harus selalu tetap waspada........"

Ray berjalan melewati Nite, meninggalkannya lalu menuju ke arah convenient store yang jaraknya
tidak kurang dari 50meter.

"Tenang saja... bukannya seorang petarung harus selalu siap..." kataku mengingat kata-kata ayahku sebelum ia meninggal, saat kusadari mataku memerah lagi
"Sepertinya hidupmu cukup suram yah... padahal kita ini kembar..." kata Noon menepuk bahuku dari belakang secara tiba-tiba
"Bagimu yang sudah dari lahir bermata merah mungkin tidak akan bingung... tapi... aku..." kataku menggenggam tanganku
"Kau sudah lahir dan takdirmu sudah berjalan... kalau kau tak sanggup, arahkan saja cannon RAD 88mm itu ke jantungmu sendiri..." kata Noon sambil menepuk bahuku lagi
"Haha... thanks... kau memang bisa diandalkan!" kataku menepuk pundak Noon
"Memangnya kenapa kau kesini?" tanyaku
"Oh iya! Kau ingin mencari Magus super-kaya itu kan? Aku sudah membaca resep yang kautinggalkan di Ateliermu, jadi aku ingin membantu... apa perlu aku ke Makau?" tawarnya
"Hm... silahkan saja... aku masih mau mengurus adik kita" kataku menjawab tawarannya
"Baiklah... aku tak akan mengacau kok, hanya saja aku akan pinjam uangmu lho! By the way, adik? Gadis yang setiap hari berlatih memanggil SPV di taman itu?" tanyanya
"Kau sudah tahu soal Anna?" tanyaku lagi
"Tentu saja... dan kau harus memberi tahu kalau cara berlatihnya itu salah kan?" katanya
"Thanks sudah mengingatkan... sekarang aku akan pulang... apa kau langsung ke bandara?" tanyaku
"Tentu saja! Kita tidak bisa membuang-buang waktu kan? Tenang saja! Kau sedang berhadapan dengan Dice Master Noon Hardrain Shadowknight VII! Jadi kau tenang dan pulanglah! Oke!" kata Noon sambil memukul bahuku
"Hehe... tentu!" kataku, lalu kami pun berpisah jalan...

@Ichiko's Room MAnsion SHadowknight

"Akh...anu..apa kau masih ingat aku? Ini karena ulah bodoh kakakku ^^. Makannya aku jd dewasa begini." kata Anna sambil garuk-garuk kepala.
Lalu ia melihat Ichiko yang terlihat sedih.
Melihat itu Anna memeluk Ichiko dengan erat, "Maafkan aku....mungkin aku terlalu memaksamu dulu. Tapi....saat ini aku sangat bersyukur bertemu Ichiko lagi." kata Anna sambil terus memeluk Ichiko.
Lalu Anna melepaskan pelukannya.
"Ah iyah, aku lupa. Sebenarnya saat aku lupa ingatan tentang Ichiko Oneechan. Aku tidak tahu mengapa bisa lupa. Namun aku bisa ingat lagi ketika melihat wajahmu." kata Anna sambil tersenyum.
"Tapi mungkin kau tak bisa melihat tubuh kecilku dulu" lanjut Anna sedikit sedih.

Macau International Port

kapal - kapal perang mulai menjauh dari pelabuhan diikuti helikopter helikopter tempur. kemudian Manticore S.V. juga berangkat

para tentara di pelabuhan memberi hormat pada Izark, Nell, Renata, Miyako, Lord Meleagros, dan Kolonel Leeu yang berada di dek Manticore S.V. sementara mereka juga balas memberi hormat.

Grand Kiriko Kuala Lumpur
"Kalian..." tiba - tiba nenek muncul dalam bentuk proyeksi hologram di ruangan kepala Grand Kiriko Kuala Lumpur

"Nyonya besar..." semua orang yang ada di ruangan itu berlutut penuh hormat.

"Aku sangat mengharapkan kerjasama dengan Foundation..." Nenek tersenyum
"Oleh karena itu... rencana Macau harus berjalan tanpa ada gangguan dari para Balancer!" katanya tegas
"Apa itu bisa dimengerti?"

"Perintah nyonya besar adalah hukum..." sahut pria itu.

"Kalau begitu..." proyeksi nenek menghilang

Kowloon Temple (Dojo)
"Hmm..." Lyciuss memegang kepalanya.
"Lama - lama aku bingung dengan kalian..."
"Sudahlah..."

RRRRRRRR
"Nah... jemputan kalian sudah datang..." dia menunjuk ke arah helikopter yang sedang mendarat.
"Pergilah ke Macau... dan temui tuan Izark!"
"Tugas pertama kalian adalah... melindungi tuan Izark!!" Lyciuss lalu pergi meninggalkan mereka.
"tunjukkan performa terbaik kalian dihadapan tuan Izark!!"

Manticore S.V.
"Nenek..." Izark mengeluarkan sebongkah kristal
"Kunci menuju Wisemen ya..." gumamnya

"Tuan Izark..." Lord Meleagros menghampirinya.
"Apakah tuan baik baik saja? tuan terlihat sedikit aneh..."

"Paman Meleagros..." Izark berjalan mendekati Meleagros.
"Sebaiknya kita pergi ke ruangan Firenze..."

-Ruangan Firenze-
"Firenze..." gumam Izark

"Tuan tenang saja..." Katanya menenangkan
"Firenze akan siap kembali untuk melindungi anda tepat saat kita membutuhkannya..." Lord Meleagros tersenyum.

"Kuharap juga begitu paman..." jawabnya lesu.
"Aku akan mempersiapkan spell power up jika mereka membutuhkannya..."
"Mengingat aku tidak akan bisa menyerang ketika aku melakukan "proses" itu..."

"Tuan Izark tenang saja..." Lord Meleagros tersenyum
"Itulah alasan saya berada disini."
"Saat tuan Izark memasuki "proses" itu... semua tanggung jawab perlindungan tuan Izark berada pada saya..." tambahnya
"Saya akan menjamin keselamatan tuan Izark walaupun nyawa saya taruhannya!!" dia pun memeluk Izark dengan erat.

"Paman..."

DOJO

"Ba-baik!!!" Seru Klaus dan Defner berbarengan

"Ayo Defner!!! Kali ini aku tidak akan lengah seperti sebelumnya!!" Seru Klaus bersemangat.

"Iya!!!" Balas Defner

Mereka pun berlari menuju helikopter

"Kira2 tuan Izark itu seperti apa ya orangnya?" Tanya Klaus dalam hati......

A Casino in Macau...

Seorang pelayan casino terburu-buru masuk ke sebuah ruangan...

Di dalam ruangan itu seorang pria berwajah oriental berumur 20 tahunan duduk sembari membaca sebuah surat, ia melihat pelayan itu datang.

"Tuan Lao Shen." Kata pelayan itu, " ada seorang wanita yang ingin menemui anda."

"Apa?" Kata Lao Shen, "Suruh dia pergi. Aku sedang tidak ingin bertemu siapa-siap sekarang."

"Tapi dia meminta untuk bertemu anda, dan dia juga menyuruh saya untuk memberikan ini kepada anda"Pelayan itu mengeluarkan setangkai bunga mawar biru dan memberikannya kepada tuannya.

Lao Shen terkejut melihat mawar itu"....Rozenkreuz Orden?" gumamnya."Suruh dia masuk."

Kemudian pelayan itu mempersilahkan seorang wanita berambut pirang memasuki ruangan itu.

"Lama tidak jumpa ya, Lao Shen..." Sapa Wanita itu.

"Aku tahu kau akan datang, tapi tak kusangka kau datang lebih cepat dari yang kau janjikan, Lady Alhazerd."Lao Shen meletakkan mawar biru itu di depan Lady ALhazerd.

"Cukup panggil aku Rachel," Kata Rachel."Kali ini aku datang bukan kerena perintah House of Spirite, tapi aku datang atas kemauanku sendiri."

Lao Shen tersenyum, "Jadi berita akan adanya pertikaian diantara 3 organisasi itu benar?"

"Ya, aku sudah menyelidikinya..." Jawab Rachel, "Sayangnya aku masih belum bisa menebak siapa yang mendalangi hal ini."

"Sayang sekali...." Gumam Lao Shen."Oh ya, apakah kau tahu kalau pemimpin House ada di sini?"

"Lord Meleagros?!" Seru Rachel, "Benarkah?"

"Ya, salah satu bawahanku mengatakan kalau ia melihat dia di bandara.

"Hmm, Aneh... aku sama sekali tidak tahu kalau beliau pergi ke sini." Gumam Rachel."Apa mungkin..."

"Kemungkinan begitu." Ujar Lao Shen"Kalau sampai pemimpinnya juga ikut terlibat, tidak heran kalau kau dan Johann tidak bisa menyelidiki hal ini lebih dalam."

"Kalau benar beliau terlibat, orang-orang yang ada dibelakang hal ini bukan orang sembarangan.""Tapi... Siapa orang yang punya cukup kekuasaan dan kekuatan untuk ini?"

"......""......"Keduanya terdiam.

"Mungkinkah....Keluarga Airies?" Tebak Lao Shen.

"?!" Rachel.

"Bukankah mereka punya hubungan yang cukup dekat dengan ketiga petinggi organisasi, sangat mudah bagi mereka untuk membuat ketiga organisasi itu untuk bertarung bukan?"Jelas Lao Shen.

"Kemungkinannya memang besar, tapi kita tidak boleh gegabah.""Untuk saat ini kita harus bertindak tanpa diketahui oleh lawan."Rachel bangikt dari kursinya.

"Tunggu, kau tahu dimana mereka akan bertarung?" Tanya Lao Shen.

"Ya, kemungkinan besar mereka akan bertarung di Jepang, di Kota Kiseki." Jawab Rachel.

"Kiseki? Bukannya Nathaniel berada disana?"

"Ya, Irriane dan Bartholomew juga disana saat ini."

"Ternyata cewek sialan itu masih hidup," Keluh Lao Shen.

"Oh, aku lupa kalau hubungan kalian berdua tidak terlalu baik." Sindir Rachel."Seburuk apapun hubunganmu dengannya kau harus bisa bekerja sama dengan Irriane.""Karena kau juga anggota dari Rozenkreuz Orden.""Sampai Jumpa."

Rachel lalu meninggalkan ruangan itu, dan Lao Shen.

"....Kau tidak perlu memperingatkanku." Gumam Lao Shen.



Macau international Port

Seorang pemuda berdiri memandang kapal perang yang tidak lain adalah Manticore S.V sambil mendengarkan musik dari Headphonenya."Lord Meleagros ada disitu ya..." Gumamnya malas.

Rachel berjalan dan berhenti di belakang pemuda itu."Kau, berhasil menemukannya Johann?"

Johann mengangguk seraya menunjuk Manticore S.V.

"Wah, kapal perang?" Rachel sedikit heran melihatnya."Shen, sepertinya dugaanmu benar."

"Apa maksudmu?"Johann memandang Rachel dengan penasaran.

"Tidak apa-apa kok." Jawab Rachel."Nah, apa yang akan kita lakukan selanjutnya ya..."

Di depan Convenient Store Kiseki....

Ray duduk di kursi depan convenient Store tersebut lalu membuka pastik makanan
dan mengeluarkan sepotong sandwich yang ia beli.
sambil menatap hujan yang terus menguyur Kiseki.
"(setelah ini.... apa yang harus kulakukan........?)"
"(sepertinya lebih baik untuk melihat keadaan dulu..)" pikir Ray

setelah ia manghabiskan sandwich nya, ia merogoh saku celana nya dan menemukan
sebatang rokok...
"Ini...." lalu Ray membuang rokok tersebut karena sudah basah terkena hujan.
"huh...... kenapa bisa ada di saku ku....."
"(yah... untung aku sudah berhenti.... lagi belum cukup umur...)"

"An-chan....."

Ichiko hanya tersenyum saja melihat anna.
"Ahaha...."
"An-chan.....sekarang lebih 'dewasa' yah daripadaku...."

Ucap Ichiko dengan nada sedikit menyindir. Tiba-tiba Ichiko terdiam sejenak.
"Ugh....."
"Aaaa.....ka-kau......"
"Kepalaku sakit........"

Setelah nampak kesakitan dan menutup matanya sejenak, Ichiko kembali tenang dan membuka matanya. Dia tersenyum.
"Anna....kah...."
"Kalau kau tidak keberatan....aku ingin kau tidur dulu....yah...."

Ichiko yang nampak aneh tiba-tiba langsung membuat Anna pingsan. Setelah anna yang tidak sempat berkata apa-apa itu tak sadarkan diri, Ichiko langsung bangkit dari tempat tidurnya.
"Hah....Ichiko....."
"Nampaknya akhir-akhir ini kau lumayan sering terbaring di ranjang yah...."
"Kau nampak menyedihkan....jujur saja...."

Sudah jelas bahwa saat itu tubuh Ichiko diambil alih oleh Ichika. Ichika langsung keluar meninggalkan mansion itu.
"Saa...."
"Sekarang sebaiknya apa yang kulakukan yah...."
"Selagi aku...yang memakai tubuh ini...."

Kiseki, Dieter's Secret Base

Di suatu tempat di Kiseki, Dieter dan Akira melanjutkan pembicaraan mereka.
"Akira, tentang orang - orang yang bisa membantu kita..."
"Apakah bisa kita temui sekarang...?"

Akira yang mendengar ucapan Dieter pun terdiam sebentar. Dia sedang memikirkan nama yang mungkin sepaham dengannya. Setelah beberapa lama akhirnya Akira pun menjawabnya.
"Ada beberapa orang..."
"Tapi, aku tidak tahu apa mereka mau bergabung dengan kita atau tidak.."

"Tidak mengapa, yang penting kita coba dulu."
"Setidaknya kita butuh 4 orang untuk memulai rencana kita.."
Dieter menatap Akira serius...

Akira pun berpikir kembali. lalu, ...
"Baiklah, ada beberapa nama yang kunilai sepaham denganku."

"Hoo, siapa saja ?" tanya Dieter.

Akira lalu menyebutkan berbagai nama yang mungkin sepaham denganya.
"Ray Reinhart, Magus kelas atas federasi. Dia pernah bertarung denganku, tapi setidaknya aku tahu dia tidak terlalu setia dengan Federasi."
"Ichiko, the Card of Destiny. Magus yang telah lama di Kiseki dan cukup mempunyai hubunngan denganku."
"Nite, the ShadowNight. Master dari berbagai SPV. Guardian yang cukup kuat dengan dukungan SPVnya. Telah membanyak membantuku di awal misi ini.
"Defner Fillius, Guardian. Aku belum terlalu mengenalnya tapi aku punya perasaan dia juga sepaham dengan kita.
"Firenze dan Falken. Guardian dan Balancer yang kutemui pada awal di Kiseki. Tujuan mereka masih misteri tapi kukira mereka tidak peduli dengan Daiseirei ataupun Nephilim's Ark."
"Selain mereka, masih banyak lagi tapi aku tidak terlalu kenal. Mungkin kita bisa menemui mereka di suatu tempat."

Dieter yang mendengarnya cukup terkejut. Dia tidak menyangka Akira mempunya kenalan yang cukup banyak. Dieter lalu tersenyum dan berkata..
"Jadi apa yang kita tunggu ?"
"Mari kita kunjungi mereka satu persatu untuk meminta dukungannya.."

Akira mengiyakan dan akhirnya mereka pun pergi menuju lokasi orang - orang yg disebut Akira. Dimulai dengan Ray Reinhart.

Dengan cepat mereka pun menuju lokasi Ray.

GAME MASTER's ANNOUNCEMENT
SPLIT APPROACHING
Please chose your route soon.

Aku pun pulang sambil menghela napas...
'Noon sudah berinisiatif mencari Izark... tapi apa tak ada yang bisa kulakukan?' pikirku
'Aku sudah lama menjadi seorang Grand Dice Master... tapi aku masih belum bisa memanggil Grand SPV dengan benar...'
'Felgrand Shirou... Roaring Hortz... Alui Cretia... aku hanya pernah memanggil mereka sekali... sedangkan Noon... dia bisa memanggil Grayvoire Armehtra dengan sesuka hati...' pikirku lagi, sampai tanpa sadar aku sudah memukul sebuah tiang listrik
"Aduh!" seruku
"Kenapa tiba-tiba rasanya sakit sekali yah?" kataku kebingungan

Tiba-tiba rasanya mataku agak berkunang-kunang, walau begitu aku tetap mencoba untuk berdiri
'Perasaan ini... sepertinya aku sudah terlalu banyak bergerak hari ini... aku harus kembali ke mansion dan istirahat...' pikirku sambil berjalan dengan susah payah...

Sesampai di mansion, aku pun bertatap dengan Ichika yang baru saja keluar dari mansion...
"Kau...." kataku bermaksud memanggilnya, tapi aku bingung apa yang harus kulakukan...

Grangal, Order of the Shadowknight's Sea Vessel, perairan Macau
"Jadi itu Manticore?" tanya Noon sambil mengunyah sebuah senbei
"Ya, tuan..." jawab Buttler
"Ngomong-ngomong tuan... apa tidak apa-apa tuan Nite ditinggal sendirian?" tanya Buttler
"Jangan meremehkannya, walau dia belum bisa memanggil Grand SPV dengan benar, dia sendiri adalah seorang petarung yang tidak bisa diremehkan..." jawab Noon
"Sudah waktunya kita mengacau sedikit, aku rasa mereka tidak akan peduli kalau kapal mereka lecet sedikit..." kata Noon sambil bangkit dari kursi santainya
"Terserah tuan saja... saya dan Gandalphr akan selalu menyertai tuan..." kata Buttler sambil menundukkan badannya
"Hmm... baiklah... Grandis... Superia... Provida... Visui... Sandaru Arrawa! Grayvoire Armethra! Bersenang-senanglah!" kata Noon memanggil Armethra, SPVnya dalam wujud Grand...

Armethra sang Mage Dragon pun memulai aksinya, ia mulai dengan menyemburkan petir ke dek bawah Manticore, lalu serangan pun dilanjutkan pada senjata-senjata Manticore sebelum Shield diaktifkan... itupun kalau ada...

"Bagaimana perasaan mereka ya? Ditembak dari jarak jauh seperti itu..." kata Noon sambil melepas kacamata hitamnya
"Sayangnya serangan Armethra cukup merusak mata..." kata Buttler, mengusap-usap matanya yang kesakitan karena lupa memasang pelindung cahaya saat Armethra menembakkan tembakan listrik 1.000.000 Volt yang sangat terang itu
"Sudahlah... cepat suruh kapten untuk membawa kapal ini ke pelabuhan.. untuk menemui teman Nite, aku pun harus bersikap sebagai teman..." kata Noon sambil memasang kontak lens biru dan memasang senyum licik
"Kalau sekarang mungkin tak akan ada yang bisa membedakan anda dan tuan Nite secara fisik..." kata Buttler kagum, tentunya setelah ia berhasil menahan rasa sakit di matanya...

Dalam kecepatan tinggi, Grangal pun segera meluncur ke pelabuhan Makau...

@Kamar Ichiko Mansion Shadowknight
Anna tersadar, di depannya ada Lenny yang terlihat sedih.
"Lenny..apa yang terjadi..."kata Anna masih terlihat lemas.
"Tadi Ichiko tiba-tiba membuat nona pingsan..." kata Lenny.
"Dimana dia?" tanya Anna cepat.
"BArusan ia keluar untungnya ia tak melihat SPV dan diriku!" kata Lenny.
Anna langsung berdiri dan berlari ke luar mansion.
"Nona aku ikut.." Lenny langsung masuk ke dalam tubuh Anna.
"Lenny ternyata kau bisa masuk dalam tubuhku?" tanya Anna sambil berlari.
"Sejak nona lahir aku selalu disini Nona.." kata Lenny.
Lalu Anna keluar dari Mansion.

@Diluar Mansion
Anna melihat Ichiko sedang berjalan tak jauh dari tempat Anna berdiri. Saat itu sedang grimis.
"Ichiko!" teriak Anna sambil berlari mendekati Ichiko.

Ichika yang melihat nite hanya tersenyum sinis saja.
"(Untuk saat ini kau akan kubiarkan.....)"
"(Bocah......)"

Ichika masih berjalan sampai tiba-tiba dia mendengar teriakan Anna.
"Hmmmm?"
"Heee....kamu sudah sadar yah...."
"Hebat juga......lumayan....."
"Atau....karena 'peliharaan'mu yang terus mengikutimu itu Anna?"

Ucap Ichika sambil menatap SPV milik Anna.

Anna dan Lenny kaget mendengarnya. Apa lagi yang terlihat kaget karena saat ini ia di dalam tubuh Anna dan seharusnya ia tak bisa dilihat selain Anna dan Nite. Akhirnya Lenny memutuskan untuk keluar dari tubuh Anna.
"Lenny..apa Ichiko terlihat aneh menurutmu.." kata Anna sedikit curiga.
"Jelas sekali, bisa mengetahun aku ada di dalam tubuhmu padahal tadi ga. Apa lagi ada orang yang lama pingsan lalu jadi sehat gitu?" tanya Lenny sambil menatap Ichiko serius.
Anna menatap Ichiko, lalu memulai pembicaraan.
"Ichiko, kenapa kamu pergi? padahal kamu belum sehat." kata Anna.
Lalu Anna berjalan mendekati ichiko.
"Ichiko, kamu kenapa?" tanya Anna.

Depan Mansion Kiseki
"Nite... apa ini hanya perasaanku saja? Atau yang dia tatap adalah SPV milik Anna?" tanya Sai
"Kalau dia bisa melihat SPV dalam Store Form... berarti dia adalah orang berbahaya kan?" kataku, mengingat bahwa semua orang yang bisa melihat SPV dalam Store Form, tapi bukan seorang SPVMaster harus segera dibumihanguskan...

Melihat Anna dengan sekuat tenaga mengejarnya, aku pun berpikir...
"Sai... sebaiknya kita serahkan ini pada Anna..." kataku
"Hm... kau juga berpikir begitu? Ini mungkin akan jadi ujian pertamanya sebagai SPVMaster..." kata Sai
"Teman adalah teman, musuh adalah musuh, seorang SPVMaster harus bisa membunuh tanpa ampun..." lanjutku
"Sebaiknya kita menjauh dulu, Shirou sudah lapar daritadi kan? Soal capekmu kau masih bisa mengatasi kan? Lebih baik kita ke Convenient Store yang tadi dulu... sekalian... mungkin kita bisa menemuka sesuatu yang menarik disana..." kata Sai
"Kau berpikir begitu? Baiklah..." kataku, percaya pada Anna, aku pun meninggalkan mansion... walau tahu kondisiku sebenarnya sedang tidak bagus...

Ichika hanya tertawa kecil saja mendengar perkataan Anna.
"Ha....hahaha....."
"Ada apa denganku ini.....dan apa tujuanku....."
"Kurasa bukanlah urusanmu...Anna...."
"Sekarang...apa yang kau inginkan dariku hmm?"

Ichiko hanya tersenyum dengan sinis saja sambil menatap Anna dengan tatapan yang tajam.
"(Haa.....nampaknya lumayan menarik juga....)"
"(Aku bermain-main sebentar dengan tubuh ini.....)"

"Aku ingin Ichiko kembali istirahat." kata Anna.
"Hati-hati Anna..dia bukan seperti Ichiko biasanya.." bisik Lenny.
"Aku tahu..." kata Anna kepada Lenny.
Lalu Anna sampai tepat di depan Ichiko dan menatapnya.
Dan saat itu juga Anna jadi sedikit berubah.
"Apa maumu Ichiko...kau hanya membuatku kesal." kata Anna namun suaranya jadi sedikit berubah begitu juga tatapannya kepada Ichiko.
Lenny sedikit kaget, "Anna...tunggu ini..." Lenny menyadari ada sesuatu yang berubah juga ada Anna.
"Kenapa selalu meninggalkan aku Ichiko.....apa kau mem-ben-ci-ku....?" bersamaan dikalima terakhir Anna meletakan pisau dapurnya tepat dileher Ichiko.

Ichika yang lehernya sudah ditodong dengan sebuah pisau hanya tertawa saja.
"Anna.....hmmm...."
"Khukhukhu......."
"Inikah yang kau inginkan.....dariku...."
"Heh......"

Ichika tiba-tiba memukul wajah Anna dengan cepat sebelum pisau itu dapat memotong lehernya. Anna langsung terjatuh, dan pada saat itu juga Ichika menendang pisau milik Anna.
"Ha....hahahaha....."
"Hanya segini saja....kah?"

Ichika beberapa kali memukul Anna yang sudah jatuh. Setelah nampak puas. Dia mencekik Anna dan mengangkatnya.
"Khukhukhu...."
"Haha.....hahahaha......"
"'peliharaan'mu itupun juga tidak dapat berbuat apa-apa nampaknya...."
"Menyedihkan sekali keadaanmu ini.....hahaha....."

"Kussooooo"BAtin Anna sambil berusaha melepaskan cekikan Ichiko.
Lenny berusaha menolong Anna. Namun ia takut jika serangannya mengenai Anna.
"Nona!" teriak lenny.
Anna semakin berpikir bahwa ini bukan Ichiko yang biasanya.
HIngga akhirnya Anna merasa lehernya hampir putus karena air liurnya sudah keluar.

Lenny cepat-cepat mendekati Ichiko. Namun ada aura kuat yang membuat Lenny tak bisa bergerak.
"apaan ini!" teriak Lenny lalu tiba-tiba ia merasa lenyap seperti pasir.

"Ichiko, Lenny.."batin Anna yang semakin merasa kalau lehernya hampir putus.

Ichika yang melihat hal ini semakin tertawa puas, tatapan matanya semakin mengerikan.
"Hahahahahaha.....hahahaha....."
"Dou?"
"Gimana rasanya....?Hah....rasa saat kematian mulai datang menjemputmu....?"
"Apa kata-kata terakhirmu hah?Mamakah?Atau kakakkah?"
"Hahahaha!!!"
"Anna....jadikanlah hal ini pelajaran baru bagimu....!!!"
"Rasa takut ini.....kengerian ini....jadikanlah ini pelajaran bagimu....."
"Heh....walaupun sudah terlambat sich....."

Ichika yang nampaknya sudah akan memperi penyelesaian terhadap Anna tiba-tiba terdiam sesaat. Terngiang suatu suara di kepalanya.
"Akh...."
"Hentikan........."
"Ha.....haaaa?"
"Ichika....hentikan....."
"Kumohon......"
"Haaah....Ichiko kah...."
"Sabar....kita mulai masuk ke bagian yang menariknya....."
"Kau rasakan dan lihat saja di sana....Ichiko!!!"
"Ichika....HENTIKAN!!!"
"Ugh.....sial.....ka...kau...."
"Cih....kalau begitu saat ini cukup...."

Ichiko nampak mulai mengambil alih tubuhnya lagi. Dan tentu saja saat itu juga dia langsung melepas cekikannya. Ichiko langsung menangis saat itu. Hujan gerimis belum berhenti, wajah Ichiko basah tidak hanya karena hujan saja, tetapi juga karena air matanya.

"Hosh Hosh Hosh...." Anna masih terbaring ditanah. Badan dan wajahnya basah karena hujan. Airu liur dan darh bercampur sedikit walau darahnya belum banyak keluar dari mulutnya.
Ia sedikit kaget saat Ichiko memanggil namanya sendiri. Rasanya memang seperti bukan Ichiko.
Ia tak bisa bicara. Lehernya sungguh sakit sekali.
Lalu ia memjamkan matanya.
dan tiba-tiba ia berkata, "I.....ichi....ko.....haah....."
Ichiko yang masih menangis kaget melihat keadaan Anna. Namun lebih kaget lagi karena Anna menatapnya dengan sinis walau ia terlihat lemas sekali.
"Ichiko....." Anna masih terbaring di tanah tanpa daya.
"Kau....apa sebenarnya kau.....Ichiko......"
"Uhuk.....huk....ohok....haaah....haah......" dia terbatuk-batuk kesakitan.
Anna nampak masih kepikiran akan kata-kata terakhir Ichiko. Nampaknya ada suatu hal besar tentang Ichiko yang tidak dia ketahui.

didepan convenient store Kiseki...

Ray melihat hujan yang sudah semakin reda....
ia bangkit dari kursi dan berjalan agak jauh.
"sepertinya... aku tidak akan tinggal ditempat Anna malam ini...."
"(aku akan pulang saja ke apartemen ku..... untuk raincoat ini... akan kukembalikan besok saja..)"

Ray kemudian pergi ke arah tempat tinggalnya...