Welcome to MAGUS World !!!

Ruang Rapat Besar Grand Kiriko

"cih! mereka melarikan diri lagi!"

"Apa ini!? kenapa Firenze dan Pen membiarkan mereka lari?" Wendy terlihat kesal.

"Apa saja yang mereka lakukan!?"

"Biarkan saja." nenek mengibaskan rambutnya. semua proyeksi holografis itu menoleh pada sosok nenek.
"Dulu di Macau, mereka melarikan diri, kini disini, mereka melarikan diri lagi."
"Tidak ada yang perlu kita takutkan. mereka hanya datang untuk membuat kehebohan dan akan lari jika kekalahan sudah di depan mata mereka." nenek tersenyum sinis.

"Ya... itu memang benar..." Miyako tampak serius
"Di Macau juga mereka begitu..."

"Kalau begitu tidak ada masalah..." Renata tersenyum
"Order of the Shadowknight sudah tidak lagi menjadi masalah untuk kita..."

"Semua anak buah kita sudah siap untuk menghadapi mereka." Meleagros tersenyum juga
"begitu juga untuk menghadapi Rosenkreuz Orden." tambahnya

"Masalah kita tinggal Federasi Magus..."

"Jangan khawatir... pada saatnya nanti mereka akan kita urus...."

"Kuharap juga begitu..."

"Oke kalau begitu..." nenek menepukkan tangannya.
"Back to business... ladies n gentlemen..."
"Terima kasih atas kehadiran anda sekalian di pertemuan ini. Meeting dismissed."

"Hormat kami nyonya besar..." Para presiden membungkuk dalam dalam. kemudian mereka menghilang.

"Aku capek. aku mau tidur." Proyeksi Renata menghilang

"Kalau begitu kami juga permisi..." Proyeksi Miyako dan Wendy menghilang setelah menunduk hormat.

"Nah... kini saatnya..." Meleagros memegang rambutnya.

Proyeksi Lanster muncul dihadapan nenek dan Meleagros.
"Elgenreicht..." dia tampak marah.

nenek terlihat muram

----------------------
Kyoto - Daiseirei
04:00

Izark's Room

Izark berbalik menghadap Firenze.
"it's ok. it's ok." dia tertawa
"But next time... make sure that you kill them all without any hestitation!!" wajahnya sejenak berubah dingin.

"Nah sekarang..." dia berbalik dan memandang langit yang mulai kebiruan.
"Apa yang terjadi tadi? kenapa wajahmu resah begitu?" tanyanya.
"Apa mereka mengatakan sesuatu?"

----------------------

"mengatakan sesuatu.. yah mungkin," Firenze menjawab dengan acuh tak acuh. Dia berjalan keluar, lalu berhenti sejenak di depan pintu.

"Izark..."

Izark berbalik, menatapnya dengan pandangan bertanya,

"Ah, never mind," Dia keluar ruangan, dan berjalan manuju ruangannya sendiri.
'Hari ini bulan purnama... jalan-jalan malam nanti kurasa nggak buruk juga...'

Kiseki, Nite's Location
Present Time

Sesaat aku hanya terdiam membayangkan apa yang sedang saudara-saudaraku lakukan di berbagai tempat, namun saat aku melamun, hujan pun turun
"Hujan yah..."
"Sudah lama aku tidak merasakannya di tubuhku langsung..."

"Mengingatkan pada kenangan lama yah?" tanya Sakti

"Yah mungkin... kenangan pahit tepatnya..." kataku sambil tanpa sadar menitikkan air mata
"Rain... Elayna..." gumamku

"Siapa mereka?" tanya Sakti

"Kau lupa yah? Rain Hardrain Shadowknight III, kakakku, pemimpin sesungguhnya Order of the Shadowknight... dan Elayna... calon kakak iparku..." jawabku

"Lalu dimana mereka sekarang?" tanyanya lagi

"Mereka... sudah meninggal... hei! Kau mau mengorek informasi sampai mana!" jawabku lalu memarahinya

"Yah... kalau kau tidak menceritakan semuanya kau tidak akan lega kan? Lagipula pasti ada alasannya kenapa kau menyuruh Alicia untuk menyusup ke tempat tidak berguna seperti itu..." balasnya sambil menaikkan kacamatanya dengan gaya yang cool

"Yah... karena itulah...aku mengingat sesuatu yang berhubungan dengan Firenze saat aku masih bekerja pada Grand Kiriko dulu..." kataku

"Yang pasti waktu kematiannya sekitar itu kan..." tanyanya lagi

"Sudahlah! Ayo pulang!" jawabku kasar, lalu kami pun berjalan pulang
"Oh iya... jangan beritahu Noon soal ini yah... aku takut dia salah paham dan mencari Firenze...." kataku

"Bibirku tersegel... ketua..." jawabnya

Kyoto - Daiseirei
04:00

"Purnama?" Izark nampak heran. dia berbalik lagi dan melihat le arah awan.
"Ah iya. purnama..." dia menerawang
"Lakukanlah sesukamu..."

-------------------
4 jam kemudian
Madrid - Spain
24:00

Lanster terduduk lesu di kursinya.
"Sial!!!" dia menggebrak meja kerjanya.

-------------------
"mungkin ini adalah salahku... karena itu bencilah aku dan berhentilah membahayakan nyawamu..." nenek tersenyum sedih
-------------------

"Elgenreicht sialan!!!" dia menangis.
"Kenapa kau selalu memikul semuanya sendirian!?" marahnya
"Kenapa!?"

-------------------
Kyoto - Daiseirei
08:00

Di Hall utama Daiseirei yang disinari cahaya matahari pagi, Meleagros terlihat berdiri agak jauh di hadapan nenek. Air mata mengalir dari mata kanannya

"Anda melakukannya lagi..." lirihnya
"Seperti yang anda lakukan pada saya 10 tahun yang lalu..."

"Lalu kenapa?" Wajah nenek terlihat muram.
"Jika saja hal itu tidak terjadi... kita tidak akan mengalami kehilangan sebesar ini..."
"Ini salahku dan aku bertanggungjawab penuh atas penyelesaiannya..." tutupnya pendek.

"Nyonya besar... andalah yang terbaik..." Meleagros berlutut penuh hormat.

-------------------
Kamar Renata

Renata berdiri melihat pemandangan hutan di sekelilin Daiseirei yang tampak putih tertutupi salju.

"Nenek..." gumamnya.
"Jangan-jangan... nenek dan paman Meleagros..."

-------------------
Di sebuah koridor berwarna putih. Renata kecil terlihat duduk di salah satu sofa yang terletak di pinggir Koridor.

Kemudian terlihat nenek yang keluar dari sebuah ruangan sambil memegang kepalanya. Orang-orang berpakaian dokter dan suster yang berkerumun di depan pintu, menunduk dalam-dalam dan masuk kedalam ruangan itu. lalu nenek duduk si samping Renata.


"Ibu tidur sekarang?" Tanya Renata kecil dengan polosnya

"Ya... Ibumu... sudah tidur..." Nenek tersenyum sambil meneteskan air matanya. kemudian dia memeluk Renata kecil dengan erat.
-------------------

"Ibu... beritahu aku... apa yang harus kulakukan?" Lirihnya

-------------------

Kyoto, Daiseirei, 9pm.

"If you are near to the dark..." Firenze berbaring di salju. Dia memakai sweater putih tebal, membuatnya tampak samar di antara salju yag sama putihnya. Rambut panjangnya yang pirang pucat makin terlihat pucat di atas salju. Ditambah lagi, dia memakai celana panjang putih, dan kulitnya memang pucat.

Dia memandang bulan yang bersinar terang. Cuacanya cerah, jarang di musim salju cuacanya bisa secerah ini.

I'll tell you bout the sun.
You are here, no escape
from my vision of the world
you will cry, all alone

'What a memoire'

Kyoto - Daiseirei
21:00

"Humm... memang bulan purnama yang bagus..." Izark terlihat sedang duduk di kursi yang ada di beranda kamarnya sambil meminum teh.
"terlihat damai sekali..." dia tersenyum santai.

-----------------
Kamar Nenek
"Elgenreicht..." Proyeksi Holografis Lanster terlihat muram
"Terima kasih..."

"Tidak ada yang perlu diterimakasihkan... ini tanggung jawab ku!" Jawab nenek tegas

"Saya mengerti..."
"Foundation tidak akan mengambil langkah apa-apa dulu." dia menghilang

nenek meremas tangannya

-----------------
Kamar Renata
Renata juga sedang memandangi bulan purnama. samar-samar dia teringat,

-----------------
sebuah hall yang mewah... seorang wanita yang cantik terlihat sedang tidur sambil dikelilingi bunga-bunga. terlihat seseorang menaruh bunga diatas dada wanita itu.

di sekeliling wanita itu tampak orang-orang yang beraut muka sedih. agak jauh dari sana, Renata kecil memegang erat-erat scarf nenek yang menjuntai. sementara pandangan nenek terlihat sedih
-----------------

PRANG
"HUH!!" Renata menghantam vas bunga yang ada di sampingnya.
"Sudah capek-capek aku melupakan kenangan itu!! kenapa aku harus membukanya lagi?" dia terlihat marah.

-----------------

Forbidden Library, 100th Floor
Present Time

"Jadi ini? Forbidden Grimoire?" tanya Alicia sambil memandang buku yang disodorkan padanya itu

"Sejauh penelitian kami... inilah bukunya... buku yang mungkin di dalamnya ada Arcana Scroll..." jawab seorang peneliti yang tampak kelelahan
"Namun kalau aku boleh tanya... untuk apa OOS mengincar Arcana Scroll?" tanyanya

"Tidak ada alasan khusus... kami hanya suka berburu harta karun..." jawab Alicia

"Baiklah kalau begitu... kau masih menunggu para penelitimu datang kan? Kalau begitu tolong sekalian jagakan lantai ini, aku mau istirahat sebentar...."

"Baik... tidurlah..." jawab Alicia sambil membaca-baca Forbidden Grimoire

"Kau mungkin akan menemukan sesuatu yang menarik...." kata peneliti itu sebelum tidur

Tokyo - Japan [5 Januari]
08:00

Kantor Perdana Mentri
Di ruangan besar yang tersinari cahaya matahari pagi dari jendela-jendela besar yang terdapat di ruangan itu, terlihat sesosok pria tua yang duduk di belakang meja kerja. sementara di depannya berdiri 3 proyeksi holografis.

"Bagaimana Perdana Menteri?" Proyeksi holografis Miyako terlihat berdiri di depan Perdana Menteri. dibelakangnya terlihat 2 proyeksi holografis dari presiden Grand Kiriko lainnya.
"Apakah ini sudah cukup?"

"I...ini sudah cukup..." Perdana Menteri meletakkan sebuah map di mejanya dan menyeka keringat di kepalanya.
"Te... Terima kasih banyak. nona Kaneshiro..."

"Tentu saja anda masih ingat persyaratan dari nyonya besar kami bukan?" Miyako tersenyum
"Karena beberapa keadaan, nyonya besar kami tidak akan mengubah persyaratan bantuan keuangan yang terus menerus kami berikan selama ini."

"I...iya nona... sa... saya masih ingat jelas." dia menyeka keringatnya lagi.

"Kalau begitu terima kasih atas kerjasama anda." Miyako menunduk hormat.
"Selama anda tidak melanggar perjanjian, kami siap membantu anda dan negara anda. kapan saja." 2 proyeksi holografis dibelakang Miyako juga menunduk hormat.

"A...ah... be... begitu ya..." dia tersenyum kaku
"Ta... tapi... seharusnya saya yang berterimakasih pada nona."
"Jika bukan karena Grand Kiriko... sa... saya..."

"Aku senang mendengarnya Perdana Menteri." Miyako tersenyum
"Hubungan baik kita akan selalu terjaga."

"Tuan Perdana Menteri." Salah satu Presiden berdiri lagi.
"Harap diingat bahwa kami menunggu draft Rencana Anggaran Negara anda secepatnya."
"pada saat itu kami akan melakukan beberapa penyesuaian seperti biasanya."

"Saya mengerti."

"Kalau begitu kami permisi Perdana Menteri." Miyako tersenyum. sesaat kemudian para proyeksi holografis itu menghilang.

"Tahun ini juga ya..." Perdana Menteri menyandar di kursinya.
"Aku sendiri sudah lupa berapa besar persisnya jumlah yang telah mereka berikan..."

-----------------
New York - Amerika - Grand Kiriko New York
18:00

TRANG
Terdengar suara gelas yang beradu.

"Tahun ini juga, kita berhasil menjaga hubungan dengan negara-negara debitur." salah satu presiden tersenyum

"Dengan ini posisi Grand Kiriko semakin kuat. bukan begitu nyonya besar?" Proyeksi Holografis Wendy terlihat senang.

"Itu benar." Proyeksi Holografis nenek muncul di antara mereka semua.
"Kita harus tetap memelihara hubungan baik kita dengan mereka."

"Benar. benar." Salah satu presiden tertawa lagi.
"Kita harus terus mengontrol mereka agar usaha kita berjalan lancar!"

"Ha ha ha ha ha" mereka semua tertawa

"Tahun ini juga dunia akan kembali dalam genggaman kita."

"Laporan dari Tokyo sudah masuk. seperti biasa. perdana menteri menyetujui angka-angka itu. Miyako memang hebat dalam bernegosiasi dengan si keras kepala itu."

"Laporan dari Kuala Lumpur juga sudah masuk. Yang Mulia mengatakan bahwa Perdana Mentri akan menuruti kita sepenuhnya." salah satu presiden mematikan HPnya.

"Laporan dari Paris juga bagus. Presiden menyetujui rencana pengembangan yang kita ajukan." Proyeksi holografis sebuah tabel berisi tulisan dan angka-angka muncul di tangan Wendy.

"Shanghai juga tidak ada masalah. seperti biasa. mereka menyetujuinya."

"4 negara besar di hari kelima di tahun ini... tidak buruk juga. seminggu ini akan banyak laopran bagus menanti kita."

"Kita, Grand Kiriko." nenek tersenyum
"Terima kasih atas kerjasama anda sekalian di tahun yang lalu."
"Aku mengharapkan performansi yang lebih baik lagi di tahun ini." nenek tersenyum mantap

"Untuk Grand Kiriko!!" salah satu presiden mengangkat gelasnya.

"Bersulang!!"

TRANGG gelas-gelas kembali beradu.

-----------------

=======================================
Last Play :

Quote :

Akira & Ichiko Place
5.00 AM

Akira
pun akhirnya dapat berbicara dengan Ichiko pun sedikit gugup untuk
berbicara. Walau dia bertemu dengan Ichiko, dia merasa dia sangat jauh.
Tapi, Akira pun teringat bahwa pembicaraanya ini bukan untuk dirinya
sendiri melainkan untuk Dieter dan keselamatan dunia..

A : Ichiko...Sudah lama yah....
A : bagaimana kabarmu ..?

Sebenarnya Akira ingin langsung menuju persoalan tapi dia ingin melihat reaksi Ichiko terlebih dahulu...
A : Maaf..waktu itu, aku mengkhianati kepercayaanmu...
Tapi... percayalah..aku tidak bermaksud menyakitimu..
Akira dia untuk sesaat, tapi akhirnya dia pun memberanikan diri untuk bicara...

A : Apabila..apabila...
Kubilang aku mau menyelamatkan dunia ini..
A : Apakah kau percaya.. ?

Akira lalu memalingkan muka, mungkin takut melihat apa jawaban Ichiko. Walaupun begitu, Ichiko..

Quote :

Aki & Ichiko Place

Ichiko hanya terdiam saja, mendengar ucapan akira saat itu.
"Menyelamatkan.....dunia.....?"
"Aku bingung perlu berkata apa...."
"Karena aku tidak mengerti.....maksudmu dari menyelamatkan dunia itu...."

Ichiko menghela nafas panjang sesaat, lalu kembali menatap akira.
"Nee....aki-chan...."
"Aku.....berniat pergi dari kota ini....."

Seki Place

Seki yang melihat bola-bola api yang ditembakan itu mendekat heli tempat dia berada saat itu malah tersenyum lebar.
"Oioioioioioioioioioi!!!! Yang benar saja....?!"
Seki menarik pilot heli dan berusaha untuk segera keluar dari heli.
*DUARRR*
Heli
tersebut langsung meledak saat terkena salah satu bola api tersebut.
Pilot tersebut dapat terlihat masih hidup dan nampak terkapar di darat,
namun Seki lagi-lagi menghilang.

=======================================

=======================================
Played Character : Akira, Ichiko
=======================================

"Apa maksudmu ingin pergi dari kota ini ?" tanya Akira terkejut.

"Aku mau mencari Seki....." jawab Ichiko agak murung.

".............aku mengerti........." ucap Akira kecewa.

"Tapi, aku akan tetap mendukungmu kok Aki-chan." kata Ichiko yang menyadari kekecewaan dari Akira.

Suasana hening sejenak, mereka berdua cuma bisa saling bertatapan dengan wajah yang sedih. Lalu Akira tersenyum dan berkata,

"Baiklah, kalau begitu biar aku membantumu juga mencari Seki."

Ichiko yang tidak menyangka hal ini, agak terkejut, lalu berkata,
" Terima kasih "

"Kalau begitu ayo kita pergi ke tempat yang kujanjikan dengan Ray." kata Akira.

Ichiko mengangguk sambil tersenyum lalu mengikuti Akira berjalan ke tempat yg dijanjikan.

"Dieter, jangan bersembunyi terus, ayo kita segera pergi juga, Ray pasti sudah sangat lama menunggu kita." kata Akira.

Dieter keluar dari perlahan sambil berkata. "Hmph, akhirnya beres juga, yah ayo kita berangkat."

Mereka bertiga segera berangkat menujut tempat dimana Ray sudah menunggu.

[Kyoto Time : 12:00]
Dubai - Uni Emirat Arab - 6 januari
07:00

Dubai International Airport

Pintu kedatangan terbuka. pada saat yang bersamaan terlihat dua orang pria dan seorang wanita berjalan menuju terminal kedatangan. jarak diantara mereka cukup jauh. tapi gerak langkah mereka maupun irama langkah mereka sama. ketiganya mengenakan setelan bepergian warna hitam lengkap dengan kaca mata hitamnya.

"Lama tidak berjumpa ketua Lanster..." Ucap sang perempuan yang ternyata adalah Renata tanpa menoleh sedikitpun

"Renata von Einzbern Vitzgerald... cucu Elgenreicht..." Pria yang ditengah yang ternyata adalah ketua Lanster menjawab tanpa menoleh. mereka terus saja berjalan.
"sudah 8 tahun ya..."

"Cukup lama memang..."
"Bagaimana Dubai, Defner..." Tanya Renata. masih tanpa menoleh.

"terlihat bagus sekali... tapi cukup dingin juga di musim seperti ini. " Pria di paling ujung yang ternyata adalah Defner menjawab tanpa menoleh.

"Siapa kau?" Lanster bertanya tetap tanpa menoleh

"Saya Defner Fillius, Guardian, senang bertemu anda." Defner menjawabnya tanpa menoleh.

"Dia yang membantu mengamankan Manticore di Shanghai dulu."

"Begitu... now Back to Bussiness..." Lanster membetulkan posisi kacamatanya
"Perintah dari Elgenreicht untuk 'menangkap' telah berubah menjadi 'melenyapkan'... ada yang berkeberatan?"

"Aku tidak..." Renata terus berjalan

"begitu juga saya..." Jawab Defner sambil terus berjalan.

"Bagus..." Lanster juga terus berjalan.
"Grand Kiriko Dubai sudah menyiapkan semua informasi yang dibutuhkan..."
"Kita tinggal menelusuri informasi tersebut dan kita akan menemukannya..."

"Lalu kita akan melenyapkannya..." Lanjut Renata masih tidak menoleh.

"Perlu tindakan konfrontasi?" Tanya Defner

"Sebanyak yang dibutuhkan." Jawab Lanster
"Tidak boleh berantakan dan harus selalu terlihat rapi."

"Tapi tidak kusangka dia lari kesini."
"Disini jauh sekali dari Amerika, tempat dia terakhir terlihat."

"Siapa yang tahu jalan pikiran dia?" Tanya Defner heran

"Kita akan segera tahu." Jawab Renata dengan dingin
"Segera setelah kita melenyapkan dia."

hening sesaat. mereka bertiga terus berjalan dengan posisi yang sama.

"Renata... andai saja mendiang ibumu yang cantik itu tidak meninggal 15 tahun yang lalu..." Lanster kembali memegang kacamatanya
"Mungkin masa depan tidak akan menjadi seperti sekarang..."
"Karena dia akan membawa kepala Ianus Signum yang membunuh Helena dan Chrome sebagai oleh-oleh untuk nenekmu..."
"Dan keluarga Airies Kiriko tidak akan menjadi seperti sekarang..."

"Anda memang benar..." Renata tersenyum kecil.
"Begitulah ibuku..."
"Andai saja dia masih ada... tentu saja nenek dan Izark-chan tidak akan seperti sekarang ini...."

mereka bertiga akhirnya berhenti di depan 3 buah limousine yang berbeda.

"Kalau begitu... kita bertemu nanti di sana..." Defner menyibakkan mantelnya

"Ya..." Jawab Lanster

"begitulah." Jawab Renata.

kemudian mereka masuk ke dalamnya. limousine-limousine itu pun berangkat dengan kecepatan tinggi.

Dubai International Airport

Terlihat seorang Sniper dari atas gedung sedang membidik ban lomousine yang dinaiki Renata
"Dor!"

"Ketua, saya sudah berhasil mengenai ban mobilnya, apa tindakan kita selanjutnya?" tanya Sniper itu
"Tunggu perintah berikutnya."
"Baik!"

Kiseki, Shadowknights Mansion,
Present Time

"Nite! Order of the Brightknights sudah bergerak!" teriak Noon menghampiri Nite

"Apa?! Cih... di saat seperti ini mereka malah mengganggu..."

"Hah? Apa? Nite! Mereka sudah menyentuh Grand Kiriko!" teriak Sakti setelah menerima telepon dari Elvine

"Nite... apa tindakan kita..." tanya Elayne sambil memeluk bonekanya

"Segera perintahkan OoS daerah Asia untuk bergerak! Sisanya, aku yang akan mengatasinya...." kataku sambil meremas tangan
"Noon! Tolong jaga kota ini selama aku pergi..."

"Baik! Aku akan menjalankan titahmu sebaik mungkin!" jawab Noon

"Sakti! Ayo! Suruh Elvine menyiapkan Galestogras dalam 5 menit!"

"Baik!" jawab Sakti

"Order of the Brightknights harus dihancurkan tanpa sisa!"

"Siap!" jawab Elayne, Sakti, dan Noon

Kiseki Old Church
6 January
Unknown time

"Ugh, sepertinya aku belum terbiasa dgn ini..." Kata seorang pria dengan rambut hitam panjang pada Nathan.

Nathan mengernyitkan alisnya, "Tidak terbiasa? Bukannya kau tidak selalu dengan wujud itu?"

"Bukan itu.... rasanyanya aneh kembali seperti ini... padahal seharusnya aku..."

"Sudah mati?" Nathan tersenyum iseng memandang pria itu, "Ayolah, paling tidak kau tidak perlu minder menjadi posisi paling bawah diantara kita~~"

"... Sejak kapan? Walaupun dengan wujud itu aku masih bisa menggunakkan sihirku kok...sedikit." Jawab pria itu.

"Dan jangan lupa ongkosnya lho~" Tambah Nathan iseng.

"Ap... Dasar kau pendeta mata duitan!" geram pria itu, tapi kemudiam ia menenangkan dirinya. "Baiklah, sudah cukup dengan conte ringan ini, kembali ke topik pembicaraan."

"Co..conte ringan katamu?" Gumam Nathan. Ia menghela nafasnya ,"Yah, gampang kan? Tinggal mengejar Lanster...How ironic... Sebagai balancer aku harus memata-matai (dan mungkin melawan) mantan atasanku sendiri."

"Kan mantan.. tidak masalah kan" kata pria itu.

"Kau sih enak Barth, paling tidak Federasi Magus belum membuat gerakan apa-apa dan kalian berdua tidak perlu mengkonfontasi mereka." Jawab Nathan sambil memandang Pria yang ternyata Barth itu dengan kesal kemudian ia langsung neloyor pergi.

"Well, itu sudah menjadi risiko kita kan..." Gumam Barth, ia memandang langit Kiseki yang berawan, "Aku harap Ren baik-baik saja.."

Dubai - Burj Al-Arab
11:00

Limousine-limousine silih berganti tiba dan menurunkan pemiliknya di pintu masuk utama. kemudian salah satu limousine hitam berhenti dan Renata tampak turun. dia membetulkan posisi kacamatanya dan melangkah masuk ke lobby hotel itu. setelah ditunjukkan oleh seorang pelayan, dia duduk di salah satu sofa.

"Martini..." Ucapnya. pelayan hotel itu menunduk dengan hormat kemudian pergi.
"Bagaimana cerutunya, ketua Lanster?" tanyanya langsung

Pria di depannya yang sedang membaca koran menurunkan korannya. ternyata dia adalah ketua Lanster yang sedang menghisap cerutu.
"Begitulah... ini hotel terbaik di kawasan ini."
"Sudah pasti cerutunya pun nikmat." dia menghisap cerutunya lagi.
"Kau sedikit terlambat. ada apa?"

"Hanya sedikit gangguan dari cabang Order of the Shadowknigt." Renata menyandar di sofa itu.
"Benar-benar bikin repot saja. aku sudah memindahkan semua barangku ke hotel ini."

"Rencananya kita bertiga menginap di tiga hotel berbeda bukan?" Lanster menghisap cerutunya.

"Change change" Renata tertawa
"habisnya ada penganggu. mau bagaimana lagi."

"Terserah kau saja."
"Mana guardian itu?"

"Mungkin dia terlambat." seorang pelayan menaruh gelas kristal berisi minuman pesanan Renata
"Defner itu lucu. dia tidak terbiasa dengan gaya hidup kami." dia meminum martini-nya

"Hei hei jangan suka minum minuman keras. kau ini masih kecil kan?" Lanster terlihat kesal

"Memangnya kenapa?" Renata terlihat terganggu
"Aku ini Presiden Grand Kiriko China. terserah aku dong mau minum apa juga."

"Baik baik nona besar..." Nada bicara Lanster terdengar mengejek.
"Ah iya. Nih..." dia menyodorkan bagian keuangan dari koran itu.

"Apa ini?" dia membaca judul utamanya
"Huh. berita biasa. lagi-lagi kami menduduki peringkat teratas korporasi multinasional." dia meminum minumannya lagi.

"Kalian memang hebat. ha ha ha ha" dia melanjutkan membaca korannya.
"Dia?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan dari koran yang dibacanya. nada bicaranya berubah serius.

"Sabarlah." Renata bersandar di sofanya.
"Sebentar lagi juga dia akan melapor pada kita."

seorang pria berpakaian ala arab berjalan mendekati mereka. kemudian dia duduk di salah satu sofa.
"Nona Renata, Tuan Lanster." Ucapnya
"Eh? dimana tuan Defner?"

"Mungkin terlambat." Keluh Renata

"baiklah. apa anda sekalian mau menunggu Tuan Defner dulu? atau kita langsung saja?" tanyanya

"Kita tunggu dulu saja sebentar." Lanster masih belum mengalihkan pandangan dari korannya.

"ah iya, ketua. perkenalkan. dia Presiden Grand Kiriko UEA, Sheikh Farikh al Mazrif." Renata memperkenalkan pria itu.

"Salam." Lanster mnyambut ucapan Sheikh Farikh dengan tersenyum dan mengulurkan tangan untuk bersalaman. Sheikh Farikh menyambutnya dan mereka berjabat tangan dengan hangat. Renata tersenyum senang melihatnya.

10 menit kemudian, Defner tampak terburu-buru datang dan duduk si salah satu sofa yang tersisa.
"Maaf maaf." Dia tersenyum kecut
"Jalanan macet."

"Bukan karena kau terpesona dengan kemewahan hotel itu kan?" Renata tersenyum jahil. wajah Defner memerah.

"Baiklah karena kita semua sudah berkumpul, mari kita mulai." Sheikh Farikh menaruh sebuah laptop di mejanya.

Lanster menyimpan korannya dan agak maju sedikit, begitu juga dengan Renata yang segera menghabiskan minumannya dan mendekati laptop itu. Defner juga agak maju sedikit agar bisa melihat dengan lebih jelas.

mereka kemudian terlibat pembicaraan serius selama beberapa menit.

"Di sana?" Lanster agak terkejut.
"Bagaimana bisa dia memiliki akses ke dalam salah satu konstruksi pulau buatan terbesar dikawasan ini?"

"Kami sendiri masih menyelidikinya, tapi yang pasti, dia ada disana."

"Hmm... ini justru baik buat kita." Defner mengangkat bahunya.
"Dengan menyergapnya di wilayah konstruksi, kita bisa menekan korban sipil seminimal mungkin."

"Ya, kau benar." Renata menghela nafasnya.
"Tapi kenapa harus disana? banyak klien kita memiliki hak atas konstruksi tersebut."

"Tapi perintah nyonya besar tetap harus dijalankan."
"Masalah klien, biar kami yang mengurusnya. Nona Renata tidak perlu khawatir."
"Kalau begitu, nanti kita akan..."

pembicaraan pun terus berlanjut.

------------------
Kyoto - Daiseirei
16:00

Izark berjalan di dalam sebuah koridor yang tersinari cahaya matahari sore. kemudian dia berhenti di depan sebuah pintu yang besar. dua orang guardian penjaga pintu menunduk hormat kemudian membukakan sedikit pintunya. Izark kemudian masuk.

dia berjalan mendekati tempat tidur yang ada di ruangan yang sangat luas dan juga penuh sinar matahari sore itu. kemudian dia berhenti di samping Lord Meleagros.

"Nenek..." Lirihnya.

------------------

Kiseki, Taman Kota, 10PM

malam yang bersalju.... taman kota yang sepi...
Ray menunggu di sebuah bangku taman..

"..."
"Mana dia....?"

Ia mengecek kertas yang diberikan Akira

"Tanggal 25... di taman kota.. malam hari..."
"tidak ada waktunya..."

Esok Paginya,

[7 Januari]
[kyoto time = 13:00]
Dubai - Palm Jumeirah
08:00

Tiga buah SUV mewah berwarna hitam berhenti di seberang kawasan reklamasi dan pembangunan Palm Jumeirah, sebuah pulau buatan berbentuk pohon palem yang sangat besar.

"Palm Jumeirah ya... proyek pulau buatan yang pertama dan salah satu yang terbesar di Dubai ini..." Lanster menyalakan cerutunya.
"Menurut berita yang kubaca, belakangan ini jumlah klien yang membeli tanah di Palm Jumeirah meningkat dengan pesat."

"Tapi kenapa harus disini? dari semua sumber uang Grand Kiriko, kehadiran penganggu di Dubai ini adalah yang paling tidak diharapkan." keluh Renata

"Kami sendiri masih menyelidikinya. tapi sejauh ini tidak ada gangguan yang berarti pada proyek ini dan kami yakin bahwa proyek ini akan selesai sesuai jadwal." Sheikh Farikh membuka beberapa data di laptopnya.

"Kalau sampai meleset dari jadwal, sudah pasti aku akan menambah modal dan tenaga kerja untuk mempercepat penyelesaiannya."

"Ah itu mereka." Defner membuka kaca mobilnya

Sebuah Limousine mercedes berwarna hitam berhenti di depan salah satu gedung, dari dalam gedung keluar beberapa pria dan wanita yang berjalan menuju limousine tersebut.

"Pria berpakaian Arab yang baru saja masuk ke dalam Limousine itu adalah Sheikh Jaffa. Penanggung Jawab dari Grand Kiriko untuk proyek ini. kemudian wanita jepang yang dibelakangnya itu adalah Kyougoku Ritsuko. kepala konsultan arsitektur dari Grand Kiriko." Sheikh Farikh menjelaskan.

"lalu dia..."

Sosok Seki muncul dibelajang Kyougoku. dia tersenyum pada Sheikh Jaffa dan Kyougoku lalu ikut menaiki limousine itu.

"Kita pergi." Perintah Renata.

ketiga SUV mewah itu kemudian mulai bergerak dan mereka berpapasan dengan limousine itu. Renata menatap tajam ke arah Seki.

"Ternyata memang benar dia." Lanster mematikan cerutunya.

"Ya, kita sudah menemukannya." Defner terlihat antusias
"Apa posisi dia di proyek ini?"

"Tampaknya dia mengaku sebagai salah satu konsultan independen untuk bidang yang masih kami selidiki." Sheikh Farikh mematikan dan menutup laptopya.

"Kalau begitu kita lakukan saja. Tuan Farikh." Panggil Renata.

"Ya?"

"jika terjadi kerusakan pada proyek ini..." Renata berhenti.

"...masukkan ke rencana penambahan anggaran pembangunan, sebesar apapun kerusakannya..." Lanjut Sheikh Farikh sambil tersenyum.

"Nah. kita sudah saling mengerti." Lanster terkekeh.
"Kalau begitu kita akan mulai..." Wajahnya berubah serius.

Kiseki, Front Old Church
-25 dec- 10 pm

"Kau mau pergi sendiri!?" Barth(masih kucing) terkejut mendengar Ren.

"Kalau berdua.. apa lagi sama kau*menunjuk Barth* Akan sedikit repot." Balas Ren.
"Lagi pula, Rachell memberikan tugas lain ke kamu dan Nathan kan?"

"Tapi..."

"Tenang" Ren berbalik dan pergi menuju tempat perjanjuan.

Taman Kota
10.15

Ren memperhatikan sekelilingnya. Tidak ada orang lain selain dirinya kecuali...

"Itu... Ray?"

Malamnya,
[Kyoto time = 2:00][7 januari]
Dubai - Palm Jumeirah
21:00

Seki berjalan diantara konstruksi-konstruksi bangunan yang masih belum selesai. kemudian dia berhenti di depan tiga SUV mewah berwarna Hitam yang menyalakan lampu ke arahnya. di depan ketiga SUV itu, Renata, Lanster, dan Defner berdiri.

"Seki..." Renata tersenyum jahat

"Nona Renata ya?" Seki tersenyum santai.

Defner langsung melompat menyerangnya.
TRANGG

--------------------
Dubai - Grand Kiriko

"Tuan Jaffa!! nona Kyougoku!!" seorang pelayan terburu-buru memasuki ruangan Sheikh Jaffa.

"Ada apa?" Jaffa meyeruput tehnya

"Nona Renata sedang berkelahi dengan tuan Seki di proyek Palm Jumeirah!!"
"Sekarang hampir seluruh sektor bagian tengah telah dihancurkan olehnya!!"

"Oh..." Kyougoku berdiri.
"Perintahkan anak buahmu untuk menutup semua pintu masuk dan keluar kawasan itu."
"Jangan sampai ada satu orang pun yang menyaksikan ataupun menganggu jalannya perkelahian mereka."

"Ta... tapi..."

"Kerjakan!!" Jaffa menaruh cangkirnya dengan keras.

"Ba... baik Tuan Jaffa!! Nona Kyougoku!!" dia kemudian berlari meninggalkan ruangan itu.

"Tulis di kertas itu, Ritsuko." Jaffa kembali menyeruput tehnya
"Tidak ada gangguan pada proyek kita bukan?"

"Sama sekali tidak ada." Kyougoku tersenyum dan menulis sesuatu di kertas yang ada dihadapannya.

-------------------
Dubai - Palm Jumeirah

Sebuah Crane jatuh dan menimpa lima gedung yang masih dibangun hingga hancur.
terdengar suara sabetan pedang dan gema letusan pistol di sekeliling gedung yang hancur itu.
Terdengar suara sabetan pedang lagi dan sebuah crane setinggi 15 tingkat jatuh menimpa gedung yang sedang dibangunnya.

"Wah wah... hancur-hancuran seperti ini..." Lanster melayang diatas crane yang baru saja jatuh itu.

"Karena dia susah sekali dipaksa untuk mengeluarkan sihirnya, terpaksa kita memakai cara kasar." Renata terkekeh.
"Lord Melegaros akan kaget sekali melihat rencana tambahan anggaran yang diajukan tuan Jaffa besok pagi."

Tiba-tiba Seki terbang dari dalam kepulan debu ke arah mereka sambil menyabetkan pedangnya.

"Ups." Lanster dan Renata menghindar dengan cepat.

"Bagaimana Seki?" Renata tertawa
"Baru segini saja sudah kerepotan?"
"Ternyata nenek salah menilaimu."

Defner melayang di belakang Renata.

"Kalau begitu giliranku!!" sebuah pedang besar muncul di tangan Renata. dia menyabetkannya ke arah Seki dan ditangkis oleh pedangnya.

"Pilihan yang buruk." Lanster terkekeh. Defner terlihat heran

CRASS

Seki terjatuh dengan luka sabetan yang banyak di tubuhnya.

"Ba... bagaimana bisa?" Defner terkejut.

"Itulah nonamu." kekeh Lanster.

"Cih!!" Seki langsung terbang kembali ke arah Renata. Renata kembali menyabetkan pedangnya. kali ini sabetannya mengenai punggung Seki.

"Lebih baik kena daripada menangkisnya." Lanster kembali terkekeh.
"Tampaknya kali ini aku tidak mendapat peran."

tiba-tiba Seki mengeluarkan bola api raksasa dan melemparnya ke arah Lanster dan Defner.

"Wah wah" Lanster dan Defner langsung menghindar. gedung tinggi dibelakangnya langsung hancur.
"Tambah satu gedung lagi ke dalam anggaran." kekeh Lanster

terdengar suara sabetan pedang dan tiga gedung serta satu Crane lagi runtuh.
"Jangan terlalu bersemangat Renata!!" teriak Lanster
"Bisa-bisa pulau ini masuk kategori 'proyek raksasa yang tidak akan pernah selesai' ha ha ha." Tawa Lanster

"Aku akan membantu." Defner kembali terbang ke arah suara pedang itu.

Beberapa saat kemudian,
Di salah satu sektor Palm Jumeirah yang gedung-gedungnya sudah hancur

TRANGG

Seki menangkis pedang Renata dengan pedangnya. Renata tersenyum jahat

CRASS

Kembali badan Seki terkena sabetan pedang dalam jumlah banyak, kemudian Renata menendangnya. Dia terlempar dan berhenti setelah menabrak tiang salah satu crane. Renata kemudian mendekatinya.

"R... Renata..."

"Aku sudah tahu kalau kau ini memang sangat keras kepala..." Renata tampak bosan.
"Kau masih tidak mau menggunakan kekuatan sihir penuhmu..."
"Tapi buatku itu tidak masalah." dia tersenyum aneh.

"A... apa yang mau kau lakukan?"

Tiba-tiba Renata memegang wajah Seki. kedua mata mereka bertatapan dalam jarak yang sangat dekat.
"Kau tahu betul apa yang akan aku lakukan. Seki..."
"Lihat mataku baik-baik."
"Lihat apa yang terpancar di dalamnya. Karena ini adalah terakhir kalinya kau bisa melihat mataku lagi." Renata menjilat mata kiri Seki.
"Sumbernya ini kan?"
"Untuk kesuksesan rencana kami, hal ini jelas-jelas diperlukan..." Ekspresi Seki terlihat ngeri.

Renata tiba-tiba tersenyum sedih.
"Kalau saja... kalau saja Ichiko tidak datang menemui kami dan membawa berita itu... 10 tahun yang lalu..."

"I...Ichiko!?" Seki terkejut
"Sekarang dimana dia!?"

"Kau... tidak perlu tahu..."

CRASS

Defner memalingkan mukanya. Lanster mendarat di samping Defner dan segera menutupi Defner dengan jubahnya.

"Sebaiknya jangan kau lihat." Lanster memegang mulutnya. pandangannya terlihat tidak suka.
"Itu... bukan nona Renata-mu..."

-------------------

==============================================
LIGHT SIDE
==============================================

"Sudah malam hari, mereka pasti sudah datang..." kata Akira.

"Mereka ?" tanya Ichiko.

"Aku menyuruh Ren dan Ray untuk berkumpul di taman kota jam 10 malam." jawabnya.

"Tapi ini sudah lewat tengah malam." kata Ichiko.

Akira terdiam, dia tahu ini sudah sangat terlambat. Tapi entah mengapa dia yakin kalau mereka tetap menunggunya disana.

Mereka berlari cepat, melewati rumah-rumah dan hiruk pikuk keramaian kota di tengah malam. Beberapa saat kemudian, mereka sampai di taman kota.

Benar dugaan Akira, mereka masih menunggu meski waktu sudah lewat tengah malam.

"Thank's guy's, Maaf terlambat..." kata Akira sambil terengah-engah.

Ichiko memegangi pundak Akira yang tampaknya agak kelelahan.

"Baiklah, kita sudah berkumpul, Ichiko, Dieter, Ray dan Ren, kurasa sudah saatnya kita bertindak." kata Akira.

"Apa maksudmu dengan bertindak ?" tanya Ray.

"Seperti yang kita tahu, pihak Izark telah mendapatkan Arcana Scroll yang pertama. Dan itu merupakan kabar buruk bagi kita setelah mengetahui pihak dimana dia berada." kata Akira.

"Ya,ya kita tahu, lalu ?" tanya Ray.

"Aku ingin scroll itu dikembalikan ke tempat semula." kata Akira.

"Tunggu dulu Akira, mengambilnya dari Izark ? Bukannya itu namanya bunuh diri ? Kalau ia sendiri sih bisa saja, tapi bukankah masih ada bajingan-bajingan yang menyebalkan seperti Lucius di belakangnya ? Bagaimana kau yakin kita bisa...."

Belum selesai Dieter melanjutkan protesnya, Akira memotongnya,
"Kita harus mengumpulkan orang-orang yang banyak untuk mengalahkan mereka semua." kata Akira.

"Aku punya ide bagus, aku yakin tujuan mereka itu untuk mendapatkan semua scroll, karena itu, sebelum mereka mengambilnya, kita ambil duluan." balas Dieter.

"Ide yang buruk, tapi patut kita coba. Setahuku scroll yang kedua ada di Nazareth." kata Akira.

"Baiklah, aku setuju, bagaimana dengan kalian ?" kata Dieter sambil menoleh pada Ren dan Ray.

Mereka masih terdiam dan berpikir serius.

"Aku ikut." kata Ichiko.

Akira memandangnya dengan tatapan tidak setuju.

"Mungkin bila aku ikut bersamamu aku bisa mengetahui keberadaan Seki..." kata Ichiko segera memberi alasan.

Akira cuma terdiam tak bisa menolak perkataanya.

Kiseki, Taman Kota, tengah malam...


"Baiklah, aku setuju, bagaimana dengan kalian ?" kata Dieter sambil menoleh pada Ren dan Ray.

Mereka masih terdiam dan berpikir serius.

Tetapi, beberapa saat kemudian Ray akhirnya menjawab.

"Ya... walau seperti bunuh diri.... aku ikut... tapi dengan tujuan lain..."

[8 januari]
Kyoto - Daiseirei
03:00

"Jadi begitu..." Meleagros memegang kepalanya.
"Dia melakukannya lagi..." Proyeksi holografis Defner yang ada di hadapannya menunduk muram.
"Kau melihatnya?" Tanya Meleagros tajam

"Ti... tidak, Lord Meleagros. ketua Lanster langsung menutupi saya dengan jubahnya." Defner terlihat tegang

"Bagus kalau begitu..." Meleagros bersandar di kursinya.
"Memang sebaiknya tidak kau lihat..." Defner tidak bersuara. Meleagros menutup matanya,

--------------------
Terlihat sebuah tempat yang sangat gelap, gedung-gedung di sekitarnya hancur, Renata yang mengenakan setelan hitam terlihat berdiri. tangan kanannya yang berlumuran darah terlihat menutupi mulut yang sedang mengunyah sesuatu, sementara tangan kirinya terlihat memegang seseorang yang wajahnya berlumuran darah
--------------------

Meleagros menepuk mukanya.
"Aku akan memanggilmu jika saatnya telah tiba. Untuk sekarang menetaplah di Dubai terlebih dahulu untuk menemani nona Renata."

"Siap!!" Proyeksi holografis Defner menghilang.

"Nona Renata..." lirihnya
"Jika penglihatanku tadi benar...Kurasa ini sudah kelewatan..."

--------------------

[8 januari]
[Kyoto time = 13:00]
Dubai International Airport.
08:00

"Kalau begitu aku kembali dulu ke Andalusia." Lanster mengangkat tasnya dan mengenakan kacamata hitamnya.
"Banyak urusan yang harus diselesaikan disana."

"Baik. sampai jumpa ketua Lanster." Defner menjabat tangan Lanster

"Terima kasih atas bantuannya, ketua Lanster. Ah..." Lanster tiba-tiba memeluk Renata.

"Saudaraku..." lirihnya.
"Kuharap kau tidak melakukannya lagi..." bisiknya

"Itu urusanku..." bisik Renata
"Ketua tenang saja."

Lanster melepaskan pelukannya.
"Aku tahu kau memang bisa diandalkan. Nona besar Renata." dia tersenyum
"Sampai jumpa lagi. ah iya terima kasih atas tiket kelas utama-nya." dia berjalan memasuki pintu keberangkatan.

NGIIINGGGG

Pesawat itu terbang. Renata dan Defner yang ada di anjungan pengantar memandangi pesawat yang makin lama makin terlihat kecil itu.

"Ayo." Ajak Renata. Defner mengikutinya.
Di lobby Utama, Renata malah menarik Defner dan menaiki sebuah Ferrari Merah.

beberapa saat kemudian,

RRRRRNNNGGGG

Ferrari itu melesat dengan kencang di salah satu jalan pinggir pantai Dubai yang terlihat sepi.

"Yihaaa!!!" Renata terlihat sangat senang

"No...nona... anda terlalu ngebut..." Defner terlihat pucat.

"ha ha ha ha" Renata tertawa senang.
"Baru 200 km/jam kok."

"I... itu sudah cepaaatttt..." Defner berteriak karena Renata kembali memacu mobilnya.

---------------------
Satu jam kemudian,
Dubai - Burj Al Arab

Ferrari itu berhenti dengan mendadak di lobby utama dan hampir menabrak limousine di depannya.

"Ha ha ha ha" Renata turun dan melemparkan kuncinya pada salah satu petugas vallet yang kerepotan menangkap kunci itu.

"Uuhh..." Defner terlihat pucat dan jalannya sempoyongan.
"Orang ini... santai sekali dia setelah peristiwa tadi malam..." keluh Defner dalam hatinya

"Kenapa lemas begitu Defner?" Teriak Renata di depan Lobby. Sheikh Farikh berdiri di belakang Renata.
"Ayo cepat kemari!!"

"Ba... baik!!" Defner berlari menyusul Renata.

---------------------

OoS Runic Weapon Research Center,
Present Time

"Lapor ketua! Brightknights di Dubai sudah dibereskan!" lapor seorang Shadowknight pada Nite saat ia hampir saja masuk ke pesawat

"Sial... kalau tahu akan semudah ini..." gerutuku

"Sudahlah Nite! Tidak ada gunanya menggerutu!" kata Sakti

"Istirahatlah dulu, kau membutuhkannya!" kata Sai yang datang tiba-tiba sambil melemparkan sekaleng jus

"Baik..." kataku, aku tidak kaget kenapa Sai bisa melempar jus, disini Runic Sourcenya sangat kuat, sehingga UNLIMITED pun bisa muncul sempurna seperti manusia biasa.. tapi... aku jadi agak risih soal hari itu...

Kiseki, Town Garden, Midnight
25 December

"Akira... sepertinya kau melupakanku yah?" kataku muncul dari belakang, dia pun terlihat kaget
"Jangan kaget! Sebagai orang yang punya hubungan dengan masa lalumu, tentu saja aku tak akan melepasmu semudah itu..." kataku
"Lagipula ada kamu..." kataku sambil tersenyum pada Ren

Ruang Rapat Besar Grand Kiriko

"Lagi-lagi begitu..." salah satu proyeksi presiden memegang kepalanya.

"Yah mau bagaimana lagi?"
"Kita semua tahu kalau Renata selalu hancur-hancuran jika sedang bersemangat."

"Tapi Palm jumeirah..." Sebuah proyeksi holografis data-data muncul di tengah ruangan.

"Kalau laporan estimasi ini benar, mungkin ini kerusakan terbesar dalam 10 tahun ini."

"Tapi setidaknya dia berhasil menyingkirkan Seki."

"Kini salah satu penghalang terbesar kita telah lenyap."

"Bagaimana dengan ganti ruginya?" Tanya Wendy

"Kita tidak berhak mencairkan dana sebesar itu."

"Satu-satunya yang berhak hanyalah Nyonya besar atau Lord Meleagros."

"Hmm..." Wendy memegang dagunya.
"Kenapa nyonya besar tidak berkomentar mengenai kerusakan ini?"

"Kau ini, seperti tidak tahu nyonya besar saja."

----------------
"Pertanggungjawaban kehancuran Palm Jumeirah?" proyeksi holografis salah satu presiden berdiri di depan tempat tidur nenek. sosok nenek sama sekali tidak terlihat.
"Apanya yang harus dipertanggungjawabkan?"
"Renata hanya bersenang-senang disana kan?"
----------------

"Begitulah dia." Presiden yang tadi tersenyum kecut.

"Mungkin itu juga penyebab ketidakhadiran Lord Meleagros." Tambah Wendy

"Kau itu, dia itu kan pendukung setiap keputusan nyonya besar."

"Baginya setiap kata-kata nyonya besar adalah hukum."

"Begitu juga bagi kita." Wendy tersenyum.

"Kau benar." semua proyeksi presiden itu tersenyum.

Kiseki, Taman Kota.. Tengah Malam.

Mendengar pertanyaan Dieter Ren berpikir sebentar. Lalu menjawab,"No problem!"

"Toh, itu memang tujuanku... "

Kiseki, Taman Kota....

Nite datang.. ia pun bergabung dengan Akira... Ren pun akhirnya setuju dan ikut
bergabung.

"Sekarang.. semua sudah setuju....." Ucap Ray
"Lalu.. Ichiko... kau ikut dengan Akira??"

==========================================================
DARK SIDE
==========================================================


"Arya, hubungi Izark di kediamannya." kata Lucius.

"Hey, apa kamu lupa ? si Izark itu rumahnya banyak kan ?" kata Luise.

"Jangan khawatir, si bodoh itu tak pernah lama-lama tinggal di luar negeri, cek saja kediamannya di Kyoto." jawab Lucius.

"Baiklah, aku akan kesana, apa yang ingin kau sampaikan ?" kata Arya.

Lucius berpikir sejenak, lalu tersenyum.

"Katakan padanya 'Segera buat persiapan ke Tower of Nazareth, beritahukan ini pada yang lain. Rumah 13 1/3' , dia akan mengerti itu." kata Lucius.

Arya mengangguk dan segera pergi dari rumah itu hanya sepersekian detik saja.

"Khu..khu...khu...sudah lama perkumpulan kita tidak mengadakan pertemuan..." kata Lucius sambil tertawa kecil.

"Perkumpulan ? Perkumpulan apa ?" tanya Luise.

"Ah, kamu belum tahu ya....Dulu, saat terbentuknya Magus,Balancer, dan Guardian, ada organisasi yang terbentuk dari ketiganya. Organisasi ini disebut The Death, dan aku salah satu pendirinya." jawab Lucius.

"Pendirinya ??? " kata Luise agak kaget.

"Ya, ada beberapa orang yang ikut mendirikan The Death, sayang mereka sudah tiada, dan yang tersisa cuma aku dan Yukiko." kata Lucius.

"Yukiko ? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu..." kata Luise.

"Dia itu neneknya Izark." jelas Lucius.

"Well, kurasa kita harus mempersiapkan kedatangan mereka" lanjutnya.


=====================================================

Arya berlari secepat mungkin menuju Kyoto hanya berbekal sepatu usang dan jaket yang kotor. Tapi masalah jarak itu tidak ada dalam kamus Arya, hanya dengan beberapa puluh menit saja, dia sudah sampai di teluk Tokyo.

Sepatunya yang basah oleh air laut membuatnya merasa gatal-gatal, dia melepas sepatunya yang basah dan menentengnya di pundaknya. Waktu sudah malam, dan perutnya merasa lapar. Gara-gara berlari sejauh itu, membuat perutnya berbunyi keras.

"Cih, berubah menjadi unnatural lalu memakai kekuatan itu benar-benar menguras tenagaku..." keluh Arya.

Arya merogoh saku jeansnya dan mengambil uang 10 dolarnya dari kantungnya.

"Lebih baik aku pergi ke Money Changer dulu..." kata Arya.

Setelah menukar uangnya, Arya pergi ke warung makanan yang ada di pinggir sungai. Perutnya yang lapar membuat air liurnya agak keluar sedikit saat mencium wangi dari mie Ramen yang dia pesan. Setelah menyantap makan malamnya dengan lahap, dia segera menuju Kyoto tanpa memakai sepatu.

Cuma dalam beberapa menit, dia sampai di kota Kyoto dan tanpa pikir panjang dia langsung ke alamat tempat Izark berada.

"Wah, wah kuil yang besar sekali." katanya.

"Sepertinya kalau aku masuk dengan cara normal tidak akan diberi masuk.." ucapnya saat melihat ada beberapa orang di luar kuil yang sedang menjaga pintu masuk.

Dia lalu memutari tempat itu dan masuk dengan cepat tanpa diketahui oleh siapapun.
"Percuma kalau jadi pencuri tempat kayak gini aja gak bisa masuk." ucapnya dengan nada sedikit angkuh.

Arya menyusuri koridor yang remang-remang dengan hati-hati, langkahnya yang terlatih untuk mengendap-ngendap membuatnya tidak mengeluarkan suara sama sekali saat berjalan biasa. Namun langkahnya yang sunyi senyap terhenti saat seorang lelaki sebayanya tiba-tiba menghalanginya. Arya yang kaget mundur beberapa langkah dan tetap berusaha tenang.

"Aku tidak tahu siapa kau, tapi yang jelas kamu salah tempat bila ingin mencuri sesuatu dari sini. " kata pemuda itu.

"Hm..gw nggak ada maksud nyuri dari sini, gw cuma mau nyampein sesuatu aja dari Lucius." kata Arya.

Pemuda itu agak bereaksi saat mendengar nama itu,
lalu berkata "Lucius ? Apa yang ingin dia sampaikan ?" tanyanya.

-bersambung