Welcome to MAGUS World !!!

Ray kemudian diam sejenak mendengar Ichiko.
"Untuk soal itu tidak masalah... aku ada pakaian milik adikku..."
"Kau ingatkan....yang dulu pernah kukatakan kau mengingatkanku dengannya...."
"mudah2an saja cukup untuk kamu.....tidak....seharusnya cukup......"
"karena kau sangat mirip dia....." tatapan Ray nampak sedih sesaat.

Ray melihat kearah lemari pakaian, ia bergerak lalu membukanya lemari tersebut.
"Oh iya... bajumu itu sudah basah... lepas saja disitu nanti a....."

Kata-katanya berhenti, mukanya menjadi merah padam.
tampaknya Ray tidak sadar apa tentang apa yang barusaja dia katakan.

Akira & Dieter

Saat Akira dan Dieter hendak pergi ke apartemen Ray, mereka pun di stop oleh Dieter.
D : "Akira ! Tunggu! Sampai kapan kau akan mengikuti mereka berdua !?"
A : "Apa maksudmu ? Kita harus bicara dengan Ichiko !? Apa kau lupa !?"
D : "Tentu saja aku ingat ! Tapi, niatmu sekarang sama sekali berbeda kan !"
A : "Berbeda !? Tidak ada yang berbeda, aku tetap menemuinya sesuia dengan rencana kita." Akira tetep bersikeras untuk menemui Ichiko, Tapi Dieter pun tidak mau mengalah dan malah semakin menentang Akira. Di saat seperti itu, tiba - tiba Dieter merasakan sesuatu.

D : "!!!"
"Perasaan ini...!? Akira ! Hati - hati !"
A : "!?"
Akira dan Dieter pun berhenti berdebat dan bersiap. Di saat itu lah tiba - tiba datang...

The Ark of Nehpistim - Andalusia - Spain
ruangan ketua the Foundation.

"Hmm..." dia menutup mapnya.
"Tinggal mencari 'dia" saja kan?"
"Seharusnya ini tidak terlalu susah..." dia menghisap cerutunya.

"Tidak segampang itu pak tua." Davinel meminum minumannya.
"Kalau memang mudah... nyonya besar pasti sudah mendapatakannya sejak 10 tahun yang lalu..."

"Ah iya... 'insiden' itu ya..." Ketua menunduk.

"Hal itu tidak perlu diungkit lagi ketua..." Lyciuss berkata tegas
"Biar bagaimanapun juga Nyonya Helena dan Tuan Chrome sudah mati..." dia menatap sedih
"Tidak sebaiknya kita mengungkit kedua orangtua tuan Izark. apalagi jika nyonya besar..."

"Pembicaraan yang menarik..." Proyeksi hologram nenek muncul di hadapan mereka.

"Nyo...nyonya besar!!" Davinel langsung berlutut.

"Ma... maafkan saya!!" Lyciuss juga berlutut. sedangkan ketua Lanster tetap berdiri.

"Jadi... Ketua Lanster..." nenek berkata pada ketua.
"Apakah kau sanggup membantu kami menemukan 'dia'?" Tanyanya.

"Selama itu juga menguntungkan kami... kenapa tidak..." Jawab ketua.

"Ah... terima kasih..." nenek menunduk hormat pada ketua.
"Lalu davinel..."

"Nyonya besar..." Davinel menunduk lebih dalam

"Kau yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan penangkapan 'dia' mengerti?" Nenek berkata lebih tegas
"Jangan sampai gagal atau kau tanggung akibatnya!!"

"Saya mengerti..."

"Nah... kalau begitu... kuharap kalian hadir dalam rapat presiden malam ini..." proyeksi nenek menghilang.

----------------------
Grand Kiriko Shanghai
Ruangan Presiden,

"Helena... Chrome..." nenek berjalan ke jendela dan melihat iring iringan limousine yang masuk satu per satu ke halaman Grand Kiriko Shanghai.
"Ibu tidak akan membiarkan apa yang menimpa kalian juga terjadi pada Izark!!"
"Walau harus mengorbankan apa pun!!"

"Nyonya besar..." proyeksi holografis lain muncul di hadapan nenek.

"Ya..." Wajah nenek kembali datar.

"Para presiden Grand Kiriko kecuali Nona Miyako dan Nona Renata... telah berkumpul..." lapornya sambil menunduk hormat.

"Begitu..."
"Sambungkan juga rapat ini dengan Lord Meleagros di Kyoto dan Lanster di Andalusia!!" perintah nenek sambil berjalan.
"Kita harus mengumpulkan semuanya... untuk mendapatkan sisa Arcana Scroll..."

"Sesuai perintah anda... Nyonya besar Elgenricht..."

Banquet Room, Shadowknight's Mansion, Kiseki
2.00 AM

Nite yang baru saja keluar dari kamar mandi segera menuju ke ruang makan
"Hai Nite!" sapa Buttler yang sudah memulai makannya
"Mana Noon dan Anna?" tanyaku
"Ah! Aku lupa mengajak Anna! Kalau Noon... setelah makan dia langsung pegi... katanya mau dia merasakan sesuatu yang menarik... dia juga mengajak Sai tadi" jawab Buttler
"Ya sudah... aku akan memanggil Anna, kau lanjutkan saja makan..." kataku meninggalkannya

Anna's Room
Present Time

"Hei An... ayo makan!" ajakku
"Yah... itu sih kalau kau tak keberatan mencoba masakanku..." kataku agak tersipu
'Ngomong-ngomong... Noon kemana yah? Sampai mengajak Sai segala...' pikirku sambil menunggu jawaban Anna

Di tengah keheningan malam kota Kiseki, angin yang berhembus pelan berhenti mendadak. Lampu kota yang menyala terang kini meredup. Seolah-olah alam menyadari kedatangan seorang iblis yang muncul ditengah dua orang pemuda yang sedang berdiskusi.

"Selamat malam ...." kata Lucius.
"....Dieter, Akira..." lanjutnya pelan.

Mereka terdiam untuk sementara karena merasakan aura jahat yang begitu pekat dari arah Lucius.
"Lucius...." kata Dieter pelan sambil menelan air liurnya sendiri.

"Jangan tegang begitu Dieter..." kata Lucius tersenyum.
"Akira-san..." lanjutnya.

"Terima kasih karena telah menyadari maksudku mengirimkan Dieter kemari." katanya sopan.

"Tidak perlu berterima kasih. Aku sedang ada urusan lain, aku harus cepat-cepat pergi sebelum orang ini menahanku lebih jauh." katanya sambil menoleh kepada Dieter yang membalasnya dengan pandangan sedikit kesal.

"Aku mengerti ini penting bagimu, tapi ini juga sama pentingnya Akira-san."
"Masalah apa ?" tanya Akira.

"Pihak Izark mendapatkan kekuatan tambahan yang mungkin setara denganmu dan Dieter yang ada dipihakmu sekarang." jawab Lucius.

Akira agak terkejut mendengar hal ini.
"Lalu ? Apa maksudmu memberitahukan ini padaku." katanya tajam.

Mendengar pertanyaan dari Akira, Lucius tertawa kecil.
"Nah, kalau itu bukan lagi urusanmu Akira-san." kata Lucius.

"Tapi dia..." lanjutnya sambil menoleh pada Dieter.

"Eh, aku ?" kata Dieter gugup.

"Ya Dieter, kamu."
"Aku mengirimkan sedikit hadiah untukmu beberapa waktu yang lalu, tapi sayang...hadiah itu jatuh ke tangan Izark." lanjut Lucius.

"Hadiah ?? Apa maksudmu Lucius !?" tanya Dieter.

Sambil tersenyum kecil, sebuah lubang hitam muncul di belakang Lucius.
"Kurasa sudah saatnya aku pergi." kata Lucius.

"TUNGGU !" teriak Dieter.

"Ah....hadiah itu ? Kurasa hadiah itu sangat penting bagimu Dieter...." jawab Lucius.

Dieter terdiam namun masih tampak kebingungan.

"...atau mungkin lebih tepat disebut.....orang yang sangat penting bagimu...." lanjut Lucius sambil tersenyum.

Perkataan terakhir dari Lucius tadi sangat menusuk hati Dieter yang menyadari hadiah yang dimaksudkan oleh Lucius.

"Selamat tinggal semua." kata Lucius pelan sambil menghilang dibalik lubang hitam.

Dieter masih sangat shock mendengar kata-kata Lucius tadi.

"Hey.....kau tidak apa-apa Dieter ?" tanya Akira.

"....sial...." gumam Dieter.

"Apa ? Tidak kedengaran."

"Akira, kurasa aku tahu siapa orang baru di pihak Izark." kata Dieter gelisah.

Akira terdiam dan membiarkan Dieter untuk berbicara lagi.

"Orang itu kekasihku....dulu, namanya Luise." lanjutnya.

"Dan dia itu Ianus Signum sepertiku."

Akira sangat terkejut mendengar hal ini.

"I..Ianus Signum yang lain ??" kata Akira terbata-bata.

Dieter mengangguk pelan.

"Kurasa ini benar-benar masalah yang cukup besar, apalagi dia ada di pihak Izark sekarang." kata Dieter.

"Aku mengerti. Ini salah satu hal yang kutakutkan terjadi, dan kini sudah terlambat."

"Tidak, kamu masih mempunyai teman yang akan membantumu bila kau minta Akira." sanggah Dieter.

Akira menoleh pada Dieter dan tersenyum. "Ya, kau benar."

Anna's Room
02.00AM

Anna membuka mata.
"Kakak...." Anna langsung bangun. Lalu menatap kakaknya.
"Kak tubuhku mengecil....apa karena kakak?" tanya Anna.
"Aku lapar juga nih Kak, gendong aku dunk kak?" tanya Anna manja.
Lalu Nitepun menggendong Anna. Saat digendong Anna merasa nyaman sekali. IA teringat saat ia masih kecil dulu bersama Nite.
Lalu tak lama akhirnya mereka sampai diruang makan. Rupanya disana ada Buttler.
Lalu Anna diturunkan oleh Nite dan duduk di kursi makan.
Anna pun mengambil masakan Nite. Yaitu bubur.
Anna memakan bubur itu,"Hm rasanya seperti punya Ibu." ujar Anna.
Nite tersenyum. Ia senang mendengarnya.
"Oh ya kak, aku punya permintaan. Bisakah kakak temani aku tidur setelah ini? Karena aku masih harus istirahat. Lagi pula Lenny juga tidak muncul lagi sejak tubuhku mengecil." kata Anna murung.

Kyoto - Daiseirei
present time

"Yah... bagaimana Luise?" Tanya Lord Melegaros.

"Mau apa kau tanya tanya?" Jawabnya kasar.

"Ah sudahlah..." Potong Miyako.
"Rapatnya akan segera dimulai..."


Andalusia - The Ark Of Nehpistim

"Rapikan bajumu Davinel!!" Ucap Ketua Lanster.
"Tidak mungkin presiden Grand Kiriko Kuala Lumpur berpakaian seperti itu!!"

"Ahhh... pak tua berisik!!" Davinel sedikit kesal tapi dia merapikan bajunya.

"Kalian jangan bertengkar saja..." Potong Lyciuss.
"Rapatnya akan segera dimulai..."

Shanghai - Grand Kiriko

"Nyonya besar Elgenricht tiba!!" seluruh orang yang berada di ruangan rapat berdiri. nenek kemudian masuk menunduk hormat dan duduk di kursinya. semua orang itu juga ikut menunduk hormat kemudian duduk.

"Sepertinya anda sekalian sudah tahu maksud saya mengadakan rapat ini..." Nenek membuka rapat.
"Oleh karena itu..." Dia melirik Luise,
"Perkenalkan... Ianus Signum Luise Nostradame..." dia menunjuk ke arah proyeksi hologram Luise yang ekspresinya tidak berubah

Seluruh ruangan menjadi ribut.
"Tenang saudara saudara tenang!!" Salah satu pegawai nenek menyuruh semua orang itu diam.

Nenek mengangkat tangannya.
"Kita sudah pasti mendapatkan Arcana Scroll di Macau..." Muncul proyeksi hologram Izark yang berada di tengah lautan.
"Walau kita harus kehilangan Nell..." wajah nenek terlihat sedih. semua orang yang ada disana ikut menunduk.

"Nyonya besar..." Salah satu presiden mengangkat tangannya.
"Setelah mendapatkan Arcana Scroll di Macau... bagaimana dengan Saint Arcana di Kiseki?"

"Betul sekali nyonya!!" Salah satu presiden lagi mengangkat tangannya.
"Walaupun kita mengalihkan perhatian kita pasca serangan Federasi di mansion tuan Izark di kiseki. kita tidak boleh mengabaikan saint arcana disana!!"

"Tapi tidakkah itu menjadi berbahaya?" Potong Davinel.
"Mengingat Ianus Signum Dieter Klose telah bergabung dengan Magus Shinizaki..." Luise terlihat tidak suka

"Itu tidak menjadi masalah!!" Nenek bicara. kegaduhan itu pun mereda dengan sendirinya.
"Ketua Lanster dari The Foundation akan menjelaskan rencananya..."
"Ketua Lanster... silahkan..."

Ketua Lanster pun berdiri dan menjelaskan detail rencana penangkapan 'dia' dan tujuan penangkapan itu. semua orang mendengarkan dengan seksama.

Banquet Room
02.00 AM

"Ah... aku senang kau menyukainya..." kataku
"Aku berusaha membuatnya sebisaku..."

Setelah mendengar permintaan Anna...

"Hah? Yah... tidak apa-apa sih..." jawabku
"Nite~ sepertinya kau mengidap sister complex yah?" kata Buttler usil
"Dasar... entah kenapa aku lebih suka kalau Sai yang mengangguku..." balasku sambil memukul kepalanya
"Yah... bukannya bagus... daripada kau kesepian di kamar sebesar itu... dan daripada kau..." kata Buttler, sambil kusela dengan sebuah pukulan yang kembali mendarat di kepalanya
"Sudah... kaupikir aku akan mengapa-apakan Cretia?" tanyaku
"Tidak sih tapi... ya sudahlah... Ann... kalau kau mau tidur di kamar Nite, cari saja di ruang terakhir di koridor lantai 2..." kata Buttler
"Yah... yang penting makanlah dulu... yang kenyang yah..." saat kukatakan itu tanpa sadar, steak yang baru saja ingin kumakan sudah dihabiskan oleh Shirou
"Yah... sepertinya kau juga lapar..." kataku

Banquet Room
02.10AM

"Asik!" teriak Anna girang. Ia sangat senang sekali begitu mendengar Nite akan tidur bersamanya.
"Oh ya kakak. Bagaimana menurut kakak, kalau aku dalam wujud tubuh seperti ini memakai Lenny? aku tau Lenny bilang dengan tubuh seperti ini bisa berefek macam2. Namun aku harus mencobanya." kata Anna.
Nite dan Buttler sedikit kaget mendengar itu.
"Aku ingin seperti kakak. Dan aku ga mau ketergantungan dengan kakak." kata ANna sambil memakan buburnya.
"Lalu selanjutnya, selain aku harus berlatih bersama Lenny dari awal aku berencana pergi ke makan Ibu." kata Anna lagi sambil menatap Nite.

@ANNA ROOM
Sementara itu Lenny rupanya sedang berada di kamar Anna. Ia melihat keluar jendela. Ia sadar akan siapa dirinya. Dirinya bukan manusia. tp hanya SPV. Namun sejak dekat dengan Anna ia merasa kesetaraan antara dirinya dan Anna.
Tapi kali ini ia akan susah mendekati Anna karena keadaan tubuh Anna yang kembali berumur 11 tahun.
"Fiuh...sepertinya aku harus mengalah. Aku ingin membantu Anna tp aku takut menyakitinya." kata Lenny dalam hati.

Shanghai - Grand Kiriko

gemuruh tepuk tangan pun terdengar setelah ketua Lanster selesai menjelaskan rencananya. kemudian para maid nenek masuk dan membawakan makanan serta minuman.

Kyoto - Daiserei
Luise hanya menatap ke arah pegunungan.
tiba - tiba proyeksi hologram nenek muncul.

"Luise Nostradame..." Panggil nenek.

"Yukiko Elgenreicht Airies Kiriko..." Luise berbalik. wajahnya tetap dingin.
"Ada apa lagi?" Tanyanya dengan suara yang dingin seperti biasanya.

"Tidak ada apa - apa..." nenek terkekeh
"Hanya saja... apa kau mau melawan Dieter Klose?"

"Apa!?" Luise tersentak
"Apa yang anda katakan barusan!?" Dia marah
"Jangan bercanda!!"

"Ah..." nenek memegang rambutnya.
"Sudah kuduga begitu..."
"Tapi..." nenek menyipitkan matanya.
"Dia sudah bergabung dengan Magus Shinizaki..."
"Musuh kami... musuhmu..."

"A... aku tahu!!" Dia memalingkan mukanya.
"Ta... tapi..." Dia terbata.
"A... aku... pasti bisa mengajaknya bicara dan mengembalikan dia!!" tegasnya.

"Begitu..." nenek berguman.
"Bagaimana jika gagal?"
"Apa yang akan kau lakukan?" Tanya nenek.

"Itu bukan urusan anda!!" dia marah

"Itu jadi urusanku!!" Potong nenek
"Sejak Lucius mengantarkanmu kemari!!"

"A..." Luise berhenti berkata kata.
"Pokoknya... aku akan bicara padanya!!" Luise semakin terlihat marah
"Soal berhasil atau tidak... kita bicarakan lagi nanti!!"

"Terserah kau saja..." nenek berbalik.

Shanghai - Grand Kiriko
Ruangan presiden,
"Jangan mencoba untuk mengkhianati kami... Luise..." Nenek berkata pada proyeksi hologram Luise.
"Lagipula... Lucius pasti sudah menegaskan padamu..." tiba - tiba proyeksi hologram Luise menghilang.

sebuah lubang hitam muncul dan Luise keluar dari dalamnya. dia langsung berlari dan berusaha menyerang nenek.

CRRRAAASSS
Luise tiba - tiba terpental dan menabrak lemari kristal nenek di dinding.
"Jangan macam - macam Ianus Signum!!" nenek berkata keras.
"Kau pikir aku ini siapa!?" Tanyanya

"Uh..." Luise memegang perutnya.
"Anda... memang cocok jadi kawan Lucius..." dia tersenyum sinis.
"Baiklah..." dia mulai berdiri.
"Aku akan menuruti semua kata - kata anda..." dia menunduk hormat. sebuah lubang hitam muncul dan dia pun menghilang.

"Luise Nostradame ya..." Nenek menerawang.
"Berani sekali dia..." tiba - tiba dia tertawa.
"Tapi itu bagus... sangat bagus..."

Banquet Room,
02.25 AM

Setelah aku memastikan Anna kembali ke kamarnya, aku pun menghela napas
"Berat ya menjadi kakak?" tanya Buttler
"Yah... berhubung aku harus meninggalkannya lagi untuk sementara waktu..." kataku
"Bukankah kondisimu sedang tidak baik?" tanya Buttler lagi
"Karena sudah makan sih aku sudah segar..." jawabku "Hanya saja aku butuh ke tempat 'mereka' dulu..."
"Cathedral of Nagflar yah?" tanya Noon yang baru saja pulang
"Kau sudah pulang? Biasanya lebih lama..." tanyaku menyindir
"Biar saja... jadi kau mau pergi kesana lagi?" tanyanya
"Ya, aku ingin memperkuat Euphoria... kalau tidak... aku hanya akan jadi penghalang bagi teman-temanku...." jawabku
"Nite... kalau begitu pergilah... kemanapun kau pergi... kami... dan seluruh Order of the Shadowknights akan selalu bersamamu..." kata Noon "Hei! Jangan muram begitu dong! Lihat ini!" kata Noon sambil menunjukka sebuah pita merah di bahunya "Aku sudah berjanji... akan memegang Oath of the Shadowknight poin kedua dengan seluruh nyawaku!" katanya
"Yah... baguslah... kalau begitu sebelum pergi... aku ada satu permintaan..." kataku
"Katakan saja..." balas Noon
"Maukah kau... menemani Anna tidur malam ini?" tanyaku
"Tentu saja... pergilah..." jawab Noon melepas kepergianku, aku pun segera berlari melewatinya, dan segera setelah mencapai halaman, aku memanggil Shirou dan segera berangkat
"Cepat sekali dia pergi..." kata Buttler
"Sudahlah... kakak memang seperti itu... iya kan Sai?" tanya Noon, walau begitu Sai sudah mengikutiku daritadi, Noon pun merasa bodoh
"Ya sudahlah... aku akan menjalankan 'perintah' dulu" kata Noon, menuju ke kamar Anna

Anna's Room
02.40 AM

Noon melihat Anna yang tertidur pulas dengan wajah polosnya, Noon pun mendekat dan memeluknya
"Pasti sulit yah... hidup sendiri..." katanya
"Seperti Nite dulu... karena kekuatannya... ia dibenci... ia harus hidup sendiri..."
"Untuk bisa hidup dengan yang lain... dia harus menjalani proses yang mengerikan... yang menakutkan..."
"Nite kecil berumur 10 tahun yang dipaksa memanggil SPV... seluruh tubuhnya penuh darah yang keluar dari tubuhnya sendiri... nyaris mati ia justru terus dipaksa... sedangkan aku... aku..." Noon pun mulai menangis
"Karena itu... walau kau setahun lebih tua darinya... kau jangan memaksakan dirimu... kalau tidak... aku tidak akan bisa menatap Nite... tidak bisa menatap Armethra... SPV milik ibu..." katanya sambil mengusap-usap punggung Anna, sepertinya ia melukiskan sebuah Rune
"Yah... tapi kalau sekarang sih tidak apa-apa... kau boleh bebas menggunakan SPV..." kata Noon, walau ia tidak yakin apakah Anna mendengarnya, setelah itu iapun naik ke kasur dan tidur di sisi Anna sambil memeluknya
"Hangat yah? Dulu waktu aku menangis juga Nite memelukku seperti ini..." kata Noon sambil tertawa kecil

Cathedral of Nagflar
Present Time

"Sepertinya Nite akan kesini" kata Lyon
"Kau yakin?" tanya Ephraim
"Tentu saja... sebaiknya kau siapkan Destiny Replicator... ia takkan datang karena alasan lain..." jawab Lyon sambil memberikan perintah
"Kalau begitu akan segera kulaksanakan..." jawab Ephraim sambil meninggalkan Lyon
"Nite... kalau saja kekuatanmu tidak disegel... mungkin ini akan lebih mudah..." kata Lyon sambil kembali berdoa

@Anna Room
03.00

Lenny kebetulan melewati depan kamar Anna. Ia melihat Anna tertidur pulas. DIsampingnya ada Noon yang tidur menemaninya. Lenny hanya tersenyum dari jauh.
"Sepertinya aku tak bisa mengganggunya." kata Lenny. Lalu ia menghilang lagi.

@Didalam mimpi Anna
Anna bertemu dengan Frey disebuah taman yang luas. Rupanya Frey sedang duduk sendiri di sebuah kursi.
"Frey.." kata Anna yang sedikit kaget juga ternyata memang wajahnya dan Frey sama. Mungkin hanya dari sifat bedanya. Lalu Anna duduk di kursi yang ada di depan Frey.
"Akhirnya kamu kembali kewujudmu. Aku suka itu." kata Frey sambil tersenyum.
Anna juga tersenyum, "Oh ya, aku bingung Frey." kata Anna.
"Kenapa?" balas Frey.
"Apakah aku bisa mengontrol Lenny lagi dengan keadaan seperti ini?" tanya Anna.
Frey langsung terlihat kesal.
"KENAPA SIH KAMU SELALU KETERGANTUNGAN DENGAN ORANG LAIN! LENNY ITU HANYA MEMBANTU! DIA BUKAN SENJATAMU!" bentak Frey sambil menggebrak meja.
"Maaf." kata Anna murung.
Frey menatap Anna, "Sudahlah itu terserah kamu. Tapi jika ada sesuatu denganmu. AKu tak segan2 keluar untuk menghabisi semuanya!" kata Frey tegas.
Anna mengguk sambil murung.

Ray Place
Ichiko hanya terdiam saja mendengar kata-kata Ray tersebut.
"Ah....begitukah...."
"Ya sudah....kalau begitu....aku pinjam kamar mandi kau dulu yah Ray...."

Ichiko kemudian berjalan menuju ke arah kamar mandi Ray, sampai di depannya dia menghentikan langkahnya dan menatap ke arah Ray.
"Oya Ray...."
"Jangan mengintip yah....."
"Lalu.....terimakasih...."
"(Seki.....nampaknya aku berhasil membuat teman baru lagi....)"


Somewhere Unknown
Terlihat sebuah desa yang cukup kecil yang berada di tengah gurun yang sangat luas. Di desa itu terdapat bar untuk tempat beristirahat para pengembara yang lewat sana. Di bar itu terlihat seorang pria yang nampaknya sudah berumur sekitar 30-an tahun sedang minum di sana. Pria itu menutupi dirinya dengan jubah yang cukup besar.
"Aaaaah......leganya...." ucap pria itu.
"Sudah cukup lama juga rasanya aku tidak minum....."
"Bartender.....tolong tambah lagi....."
"Ah....baik pak...."

*BRAK* *PRANG*
Tiba-tiba terdengar suara meja yang dibanting, dan gelas yang pecah di belakang pria tersebut. Pria itu lalu menengok ke belakang, melihat nampaknya terjadi keributan karena suatu hal. Pelanggan lain nampak panik dan mulai berlari keluar bar. Bartender yang ada di belakangnya nampak telah terbiasa akan hal ini.
"Ada apa ini bartender?"
"Ah....hal yang biasa terjadi di tempat seperti ini...."
"Walaupun aku sudah tak peduli lagi sich....selama bisnis tetap jalan..." ucapnya sambil menyediakan minuman yang pria itu minta.
"Tapi yah...bukankah hal ini lumayan mengganggu bisnismu?" ucap pria itu sambil tersenyum.
"Yah memang sich...tapi apa yang bisa kulakukan....?"
"Kalau begitu bartender-san...."
"Bagaimana kalau kita membuat 'deal'?"
"Aku yang akan mengurus hal ini....."
"Dan sebagai gantinya....izinkan aku minum sepuasnya di sini"
"Not a bad deal eh....?"
"Hmm....yah......kalau kau bisa....dan mungkin....kau bisa mati lho..."
"Tenang.....karena aku ini kuat....Nah....it's a deal then....."
"Jangan lupa janjimu yah....bartender-san...."

Pria itu bangkit dari tempatnya duduk dan mendekati pria-pria yang nampaknya bisa mulai baku tembak kapanpun. Dia bertepuk tangan untuk mengambil perhatian para pembuat masalah itu.
"Hai....hai....."
"Cukup sampai di situ....."
"Hah?!" pria-pria pembuat keributan itu menengok dengan tatapan garang ke pria tersebut.
"Kalau mau kalian lanjutkan ini....sebaiknya di luar sana...."
"Orang-orang macam kalian hanya mengganggu pelanggan lain...."
"Memangnya kau tahu kenapa ini terjadi.....ini karena...." teriak salah seorang pembuat keributan itu.
"Eits....stop....stop....aku tidak tertarik mendengar alasan kalian...."
"Yang perlu kutahu cukup kalian itu mengganggu....itu saja...."
"Ka...kau...."
"Sebaiknya kalian jangan coba-coba....."
"Karena aku ini jauh jauh lebih kuat daripada kalian...."
"Sombong sekali kau!!!"

Mereka mulai menodongkan tembakan masing-masih ke arah pria itu dan langsung menembaknya tanpa pikir panjang. Bartender yang ada di belakang pria tersebut langsung menunduk di balik meja untuk berlindung dari tembakan nyasar.
"Karena inilah...."
"Kubilang sebaiknya jangan coba-coba...."
"Karena kalian akan menyesal sendiri....aku yakin...."
"Eh?"
"UGH......GUWAAAKH.....!!!???"

Pria berjubah itu tiba-tiba ada di belakang mereka yang tiba-tiba langsung berjatuhan tak sadarkan diri.
"Hmm....tenang saja....kalian tidak layak untuk kubunuh koq..."
"Yah....meskipun mungkin kalian terpaksa tertidur untuk beberapa hari sich..."
"Dan lagi....aku juga tidak memakai 'dia' koq...."
"Good night.....gentleman...."

Pria itu menengok ke arah bartender yang masih merunduk di balik meja.
"Bartender-san....sudah selesai koq...."
"Dan sesuai 'deal' tadi yah...." pria itu tersenyum puas.

Bartender tersebut takjub saat melihat pria-pria yang membuat masalah itu saat ini sudah terkapar tak sadarkan diri. Dia nampak kehabisan kata-kata.
"Ka....kau...."
"Siapa kau sebenarnya....?"
"Hmmm?Aku?"
"Aku hanya sekedar pengembara biasa yang senang berkeliling dunia...itu saja...."
"Kalau untuk namaku.....aku tidak punya nama...." ucapnya sambil meneguk minuman yang tadi belum sempat dia minum.
"Tapi orang-orang yang mengenalku...memanggilku...."
"'Seki'"

Ray + Ichiko location.. Kiseki..

setelah mencari, akhirnya Ray menemukan pajama milik adiknya dulu lalu
ia meletakannya didepan kamar mandi.
"Ichiko.. ini... aku taruh di depan sini ya...."

Kemudian Ray pun terbaring di kasurnya, menunggu Ichiko.
"haah.... kenapa bisa....?" Ray yang sedang melamun tiba2 teringat kata2 Ichiko agar tidak mengintip.
"(Ichiko......)" dalam pikirannya entah kenapa mulai terbayang sosok Ichiko yang.....
"(UWA!!!! Apa yang kupikirkan!!!!!)" Ray duduk diatas kasur dan menggaruk kepalanya terusmenerus.

Ray Place
Ichiko yang nampaknya sedang berendam di ofuro milik Ray mendengar panggilan Ray.
"Ah....baiklah....."
"Benar-benar terimakasih yah....Ray...."
"Hmmm......gokuraku....gokuraku....."
"Haaah.....rasanya seperti orang tua saja aku berkata begini....."

Beberapa menit kemudian, Ichiko keluar dari ofuro.
"Hmm...nampaknya sudah cukup...."

Lalu dia membuka pintu untuk mengambil baju yang disediakan Ray.
"Err....pajama.....?"
"Apakah kalau begini artinya aku perlu menginap semalam dulu di sini...."
"Bukankah tidak apa-apa...."
"Aku juga tidak dapat membiarkan diriku yang satu lagi nanti pingsan kelelahankan....?"
"Karena kalau sampai itu terjadi...aku juga yang repot...."
"Ngg....I....ichika....?!"
"Dan lalu...terserah apa yang mau kau lakukan...aku tidak peduli koq...."

Ichiko tiba-tiba wajahnya memerah mendengar kata-kata Ichika.
"Maksudmu apa....Ichika....?!"
"Hah....kau bukan bocah berumur 10 tahun yang masih perlu kujelaskan apa yang kumaksudkan....?"
"Ah.....diam....lagipula tidak akan terjadi apa-apa...."
"Aku hanya akan numpang tidur di sini lalu besok kita langsung pergi mencari seki...."
"Haaah...tenang saja dan nikmatilah....karena kita tidak terlalu terburu-buru koq...."
"Diam!"
"Hai...hai...ternyata kau juga bisa digodain sedikit yah....Ichiko..."

Ichiko lalu memakai pajama yang disediakan oleh Ray. Lalu keluar dan menunjukannya kepada Ray.
"Err.....cukup buatku sich...."
"Ini....milik adikmukan...."
"Apa tidak apa-apa aku memakainya Ray....?"

Ray + Ichiko Location.

Ray melihat Ichiko. Dia langsung teringat adiknya.
*Blush muka Ray memerah*
"Yah... tidak apa-apa..... kau memang mirip adikku saja..."
"Syukurlah cukup....."

Ray pun berpindah ke sofa.
"hm... aku biar tidur di sofa... tidak baik membiarkan seorang wanita untuk tidur di sofa.."
"(kenapa ini..? senang? atau malu...?)"
"(AH!!!! KENAPA AKU INI!!!!!!)"

Ray Place
Ichiko yang melihat Ray pindah ke sofa berusaha untuk menghentikannya.
"Ah....tunggu dulu...."
"Sebaiknya biar aku saja...."
"Yang di sofa..."
"Lagipula aku hanya menumpang saja di sini...."
"dan lagi....meminjam pajama ini....."
"Alangkah tidak baik bila malah kau yang tuan rumah tidur di sofa..."

Ichiko menarik Ray agar Ray yang tidur di ranjang, dan dia di sofa.

Ray Place.

"Um.. kan sudah aku bilang... tidak baik untuk seorang wanita tidur di sofa"
"sedangkan aku tidur di kasur..." Ray menghela nafas.

Ray berpikir..
"Kalau begini terus.... kapan mau tidur...?"
"Apa mau tidur bareng...?"
"tentu tidak mungkinkan....."

Ray Place
Perdebatan akan siapa tidur di mana itu berlangsung beberapa menit. Sampai akhirnya nampaknya mereka memilih untuk bersama-sama tidur di kasur, dan tentu saja dengan saling membelakangi masing-masing. Kamar Ray saat itu gelap, di tengah kegelapan itu tiba-tiba Ichiko berbicara.
"Neee....Ray....?"
"Apa kau sudah tidur....?"
"Aku tidak tahu kenapa...tapi rasanya sulit bagiku untuk dapat tidur...."
"Ray....kau masih dapat mendengarku kan...."
"Ray....besok mungkin aku akan meninggalkan kota ini...."
"Untuk mencari seseorang yang sangat penting bagiku..."

Ray walaupun nampaknya masih bangun, tetapi diam saja mendengar ucapan Ichiko.
"Karena itu Ray....."
"Sebelum aku pergi...aku sungguh sungguh berterimakasih kepadamu...."
"Dan terimakasih kau telah menjaga violin itu...."
"Hahaha...violin yang kudapat dari Izark....beserta sedikit kenangan yang cukup unik......"
"Aaah........setelah berkata seperti ini rasanya aku jadi sedikit lebih tenang....dan sedikit lelah...."
"Selamat tidur.....Ray...."

Ichiko akhirnya mulai menutup matanya dan tertidur.

Ray Place.

Ray hanya diam mendengar perkataan Ichiko.
Ia tidak bisa membalas apa-apa.
"(Ichiko......)"

Ray berusaha untuk tidur tetapi selalu gagal.
"(mana mungkin bisa tertidur dalam keadaan seperti ini....)" Pikir Ray
"(apa aku menganggap Ichiko adalah Aria saja...?)" Ray berusaha tidur
"(UAH!!!! Aku tidak bisa. tetap saja beda.......)"

setelah mengalami berbagai macam konflik pada dirinya, Ray pun otomatis
mengantuk dan tertidur.

Ray Place, Kiseki City
05.00 AM
Ichiko mulai membuka matanya, dan tentu dia melihat di sebelahnya Ray yang masih tertidur pulas.
"Ray......"
"Aku tidak boleh merepotkanmu lebih dari ini...."

Ichiko bangkit dari tempat tidurnya dan mulai berganti pakaian menggunakan pakaian miliknya yang sudah dapat dipakai kembali. Dia melipat pajama imoutonya Ray dengan rapi dan meletakkannya di atas meja. Ichiko juga menulis surat yang pendek sebelum pergi.

Spoiler:

Setelah selesai menulisnya, ia meletakkannya di atas pajama yang telah dia lipat rapi itu. Ichiko kemudian mengambil violin pemberian Izark. Sebelum pergi, dia berjalan ke arah Ray yang masih tertidur, lalu mengusap rambut Ray dan mencium dahinya Ray.
"Tanda terimakasih...dan hadiah untukmu Ray...."

Kemudian Ichiko meninggalkan apartemen Ray. Sempat dia kembali melihat ke arah apartemen itu.
"(Sayonara....Ray....)"

Cathedral of Nagflar,
Morning

"Huam...." aku menguap
"Apakah tidurmu enak?" sapa Lyon di depan pintu
"Yah... bisa dibilang begitu" balasku
"Kau kesini untuk menggunakan 'itu' kan? Aku sudah mempersiapkannya untukmu..." katanya
"Baiklah..." kataku melangkah masuk ke katedral, ia membimbingku ke sebuah ruang rahasia dibawah katedral, disana terlihat sebuah alat yang kelihatannya sederhana
"Inilah Destiny Replicator... jadi kau ingin melepas segel lagi?" tanya Ephraim
"Ya, aku hanya ingin melepas beberapa..." kataku
"Kau ini cukup tanggung juga yah... kenapa kau tidak lepas saja semuanya?" tanya Lyon sinis
"Lyon... kalau aku terlalu lemah, aku tak akan bisa membantu teman-temanku, tapi kalau aku terlalu kuat... maka itu hanya akan melukai teman-temanku..." kataku, iapun tiba-tiba terdiam

Destiny Replicator mulai bekerja, banyak lingkaran-lingkaran muncul di sekujur tubuhku, Ephraim mengetikkan suatu password dan beberapa lingkaran pun pecah

"Yak... proses selesai! Kau akan langsung pulang?" tanya Ephraim
"Yah... mungkin aku akan melihat-lihat sebentar... bagaimana persiapan Catedral?" tanyaku, walau begitu Lyon tidak menjawabnya, melainkan ia malah melemparkan sebuah bola energi ke arahku, untung aku bisa menangkisnya tepat waktu
"Kau... beraninya kau!" teriak Ephraim mengeluarkan tombaknya
"Nite... kau terlalu lembek... tak cocok untuk menjadi pemimpin Order of the Shadowknights... karena itu... biarkan aku yang menggantikanmu..." kata Lyon sambil mengeluarkan mantranya lagi
"Begitu yah?" kataku "Kau merasa begitu?" mataku mulai memerah
"Lyon! Menyerahlah! Jangan menumpahkan darah di tempat ini..." pinta Ephraim sambil mengarahkan tombaknya ke leher Lyon
"Jadi kau ingin menghalangiku?" balas Lyon, menghempaskan Ephraim dengan mantranya
"Matilah kau Nite!" teriaknya sambil melepaskan sebuah bola energi raksasa
"Cih..." kataku, dalam sekejap bola energi itupun hilang
"A... apa?" kata Lyon tidak percaya
"Kau tahu apa hukumannya kalau menentangku kan?" kataku mendekat
"Jangan... jangan... ampuni aku! Kumohon!" teriaknya
"Lyon... tahukah kau bahwa membelot adalah dosa terbesar yang akan pernah kaubuat?" kata Ephraim sambil mencoba berdiri, sementara aku mendekat dan menyiapkan Euphoria dalam Cannon Form
"Aku memberimu 5 detik..." kataku sambil menarik pengaman 88mm R.A.D. Cannon itu
"Ucapkan doa pertobatanmu... lalu... matilah!" kataku dengan dingin, mata merahku membuatku tak bisa memalingkan muka, segera setelah kulepas pelatuknya, tembakan energi panas terlepas dan meledakkan tubuh Lyon, tubuh dan darahnya tercecer kemana-mana...
"Nite... jadi kau mau pulang?" tanya Ephraim
"Aku akan pulang setelah melihat Catedral..." kataku
"Baik... sebagai pengganti Lyon... biarkan aku yang mengantarmu..." kata Ephraim

Ia membimbingku ke sebuah ruangan rahasia lain, lalu dia pun memberikan sebuah handuk, untuk menyeka darah Lyon yang tertumpah di badanku, lalu kami pun sampai di sebuah dek raksasa, disanalah tersimpan Catedral, pesawat terkuat Order of The Shadowknights...
"Dia siap diberangkatkan... kapan saja..." kata Ephraim
"Bagus... bagaimana dengan semua brigade? Apa mereka siap bertarung?" tanyaku
"Siap... tuanku..." jawabnya
"Kalau begitu... sekarang aku akan pulang dulu... kalau aku membutuhkan kalian... aku akan menghubungi kalian lewat Noon" perintahku
"Baik.... perintah diterima!" jawab Ephraim, lalu aku pun meninggalkan ruangan itu dan memanggil Shirou untuk kembali ke Kiseki
'Kau salah Lyon... Nite tidak lemah... Nite tidak lembek... dia memang semestinya menjadi pemimpin kita...' pikir Ephraim

Ichiko's Location

Setelah bertemu dengan Lyscius, mereka pun bergerak menuju lokasi Ichiko.
Akira : Cih, karena Lycius kita kehilangan jejak mereka berdua !
Akira terlihat kesal karena harus mencari ulang Ichiko. Dieter pun hanya diam saja melihat tingkah lakunya. Akhirnya setelah lama mencari mereka pun sampain di apartemen Ray, Tapi Ichiko tidak algi ada di sana...

Akira :"Ichiko ? Kemana dia.. ?"
Dieter :"Apa dia sudah pergi ? Bagaimana ini Akira ?"
Akira lalu diam dan berusaha merasakan keberadaan Ichiko.
Akira :"Disana !"
Akira tiba2 kembali bergerak.
Dieter :"HEi, tunggu !"
Akira dan Dieter lalu bergerak cepat menuju lokasi Ichiko. Akhirnya di sebuah tempat di awah sinar rembulan dia melihat Ichiko sedang terdiam. Akira terdiam sementara, lalu memutuskan untuk menemuinya..

Akira :"Dieter, bisa tinggalkan kami sendiri ?'
Dieter :"Haa, terserahlah."
Dieter pun meninggalkan Akira untuk mengawasi sekitar. Akira sendiri sergera menuju lokasi Ichiko. Akhirnya diterangin sinar rembulan mereka pun bertemu..

Akira :"Ichiko, sudah lama tidak bertemu yah..?"

Lalu, Ichiko pun...

Ichiko's Location, Near Kiseki City Gate
05.15 AM
Angin saat pagi itu berhembus cukup kencang, cukup untuk meniup beberapa daun yang berguguran di sana. Ichiko melihat ke arah sumber suara yang sudah familiar dia dengar. Suara akira yang tiba-tiba menyapanya setelah di matanya sempat mengkhianatinya. Saat itu bulan masih dapat terlihat walaupun sudah mulai nampak matahari yang terbit. Ichiko terdiam sejenak melihat kemunculan akira tetapi beberapa saat kemudian langsung tersenyum.
"Aki-chan...."
"Apa kau tidak muncul dengan cara yang terlalu keren?"
"Apa ada yang bisa kubantu.....aki-chan.....?"

Andalusia - The Ark of Nehpistim

Ketua menutup teleponnya
"Ada yang melihat kehadiran dia!!" Katanya.

"Benarkah!?" Davinel langsung berdiri.

"Akhirnya... dia muncul juga?" Lyciuss terlihat senang.
"Tapi apa informasi ini bisa dipercaya?" dia terlihat tidak yakin.

"Ingat satu hal Lyciuss Hamilton!" Ketua berkata tegas. wajahnya terlihat marah
"Saya membantu keluarga Airies Kiriko semata - mata demi keuntungan The Foundation juga!!"
"Lagipula..." dia menunjuk Davinel dan Lyciuss.
"Kalian adalah saudaraku!! sesama Balancer!!" Tegasnya.
"Tidak mungkin saya membohongi saudara saudaraku apalagi jika berkaitan dengan keuntungan The Foundation!!"

"Ah itu jelas sekali pak tua berisik!!" Davinel tertawa.
"Nah... mari lupakan pembicaraan konyol ini..." dia berdiri.
"Dan kita tangkap dia sekarang!!"

------------
Shanghai - Grand Kiriko

"Begitu..." nenek bicara pada proyeksi hologram Lyciuss di depannya.
"Kalau begitu... cepat bawa dia ke sini!!" Lyciuss menunduk hormat kemudian menghilang.

"Akhirnya... setelah 10 tahun..." Nenek tersenyum sinis.
"Aku bisa mendapatkan dia lagi!!"

------------
Kyoto - Daiseirei

"Tuan Izark belum bangun juga?" Miyako bertanya khawatir.
"Saya sudah mulai khawatir..."

"Begitu juga saya Miyako..." Jawab Lord Meleagros.
"Entah apa yang terjadi di dalam Wisemen Realms sebelum dia muncul..." Dia melihat ke arah Luise yang sedang menyendiri di salah satu pagar beranda kuil.

Luise terus menatap ke arah hutan dan danau yang mengelilingi kuil.
"Izark Airies Kiriko..." Gumamnya.

------------
Matanya terbuka. dia memandang langit langit ruangan yang terlihat megah. seorang pria tersenyum ramah dan menyapanya.
"Tuan muda Izark..." Sapanya ramah
"Tuan sudah bangun..."

"Siapa laki - laki ini..." Tanya Izark heran dalam hatinya.
"kenapa sepertinya aku mengenalnya..."

"Kalau tuan berkenan... bagaimana kalau tuan cuci muka dulu..." dia mengulurkan handuk dengan ramah.

"Baik..." Jawab Izark. di kamar mandi. dia mencuci mukanya dan berkaca.
"Ini... ini... aku...?" Tanyanya dalam hati
"Aku waktu kecil ya..."

"Ah... Izark sudah bangun ya..." Terdengar suara wanita yang memanggilnya dengan lembut.

"Sepertinya... aku mengenal suara ini..." Pikir Izark
"Ya... ibu..." Jawab Izark kecil.
"Ibu?" Pikir Izark.
"Siapa yang kupanggil ibu? dia?" pikirnya heran.
wajah wanita itu sendiri tidak begitu jelas.
------------